Rumah adat batak – Rumah Bolon adalah rumah adat Batak. Rumah ini biasanya terdiri dari dua bagian, yakni bagian rumah dan lumbung padi atau yang disebut dengan sopo. Lumbung ini berada di depan rumah dan dibatasi dengan pelataran luar. Pelataran ini juga berfungsi sebagai tempat berkumpul bersama warga dalam acara adat atau kegiatan tertentu.
Suku Batak yang ada di Sumatera Utara terdiri dari beberapa jenis, yakni Batak Toba, Mandailing, Karo, Simalungun, Pakpak, dan Angkola. Maka dari itu, jenis rumah Bolon yang ada juga terdiri dari beberapa jenis menyesuaikan dengan enam jenis suku Batak tersebut. Setiap jenis rumahnya tentu juga memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing.
Walaupun masing-masing rumah memiliki ciri khas tersendiri, pada dasarnya rumah Bolon mempunyai bentuk yang tak jauh berbeda. Berbentuk persegi panjang, layaknya rumah panggung biasa, dengan banyak tiang penyangga yang memiliki tinggi 1,75 meter. Tiang penyangga yang cukup tinggi ini membuat penghuni rumah atau tamu yang akan masuk perlu menggunakan tangga yang jumlah anak tangganya selalu ganjil.
Selain itu, juga terdapat dua jenis rumah adat batak dilihat dari ukurannya. Rumah yang berukuran besar disebut dengan Rumah Bolon, sementara yang berukuran kecil disebut Jabu Parbale-balean. Rumah yang memiliki banyak hiasan di dalamnya disebut dengan Jabu Batara Siang, sementara rumah yang tidak memiliki hiasan disebut dengan Jabu Ereng.
Konon, rumah Bolon ini ditinggali oleh 13 raja dari Sumatera Utara. Dahulu, masyarakat di Sumatera Utara masih banyak yang tinggal dan hidup di rumah Bolon, namun seiring dengan perkembangan zaman dan modernisasi, jumlah rumah Bolon juga semakin berkurang.
Filosofi Rumah Adat Batak
Beragam nilai-nilai luhur tersimpan di rumah adat ini. Rumah adat Batak bukan hanya didirikan sebagai tempat tinggal semata, namun juga memiliki nilai filosofi yang merupakan pedoman hidup dalam pergaulan antar Individu. Rumah adat Batak juga berperan sebagai salah satu bentuk cagar budaya yang menjadi sarana pelestari budaya yang ada. Dengan tujuan agar dapat diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya.
Bagian-Bagian Rumah
Rumah adat Batak dibagi menjadi 3 bagian menurut tingkatannya, yakni bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah. Semua bagian memiliki anggota sendiri-sendiri. Bagian atas atau biasa disebut Ginjang merupakan atap. Di bawah atap terdapat urur yang di atasnya membentang lais. Bagian tengah atau yang sering disebut dengan Tonga terdiri dari dinding depan, samping dan belakang.
Bagian bawah atau yang disebut dengan Tombara terdiri dari tangga atau balatuk, batu pondasi, dan pasak yang menusuk riang. Bagian bawah rumah adat Bolon ini juga fungsi sebagai kandang hewan ternak seperti kerbau. Bagian tengahnya adalah tempat tinggal manusia dan bagian atas biasa digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda keramat. Berikut adalah penjelasan detail dari setiap bagian rumah adat Batak
1. Bagian Atap
Atap rumah adat Batak terbuat dari ijuk. Di daerah Batak, ijuk ini adalah bahan yang sangat mudah untuk didapatkan, sehingga orang Batak memanfaatkannya sebagai bahan atap rumah. Suku Batak juga memiliki anggapan bahwa atap adalah bagian yang suci, oleh karena itu mereka memanfaatkan atap sebagai tempat penyimpanan benda-benda keramat atau pusaka yang dimiliki.
Bagian atap rumah ini terinspirasi dari punggung kerbau yang memiliki bentuk melengkung. Konsep arsitektur ini, membuat rumah adat Batak bersifat sangat aerodinamis untuk melawan angin kencang yang berasal dari danau.
2. Badan Tengah
Masyarakat Batak juga menyebutnya bagian ini dengan nama dunia tengah. Dunia tengah ini memiliki fungsi sebagai tempat berbagai aktivitas manusia seperti, tidur, masak, dan semacamnya. Bagian tengah rumah ini dilengkapi dengan hiasan berupa ipon-ipon yang dipercaya dapat menolak bala.
3. Dinding Rumah
Dinding rumah adat Batak berbentuk miring. Pembuatan dinding yang miring ini dimaksudkan agar angin dari luar bisa dengan mudah masuk ke dalam. Tali yang digunakan sebagai pengikat dinding disebut dengan ret-ret dan terbuat dari campuran bahan ijuk juga rotan. Tali pengikat ini berbentuk menyerupai pola seperti cicak yang memiliki dua kepada atau ujung dan saling bertolak belakang.
Pola yang berbentuk cicak ini memiliki makna yang dikiaskan sebagai penjaga rumah. Sedangkan dua kepala yang saling bertolak belakang memiliki makna bahwa semua penghuni rumah mempunyai peran yang sama dan harus saling menghormati.
4. Pondasi Rumah
Pondasi tipe cincin adalah jenis pondasi yang digunakan pada rumah adat Batak ini. Pondasi ini terdiri dari batu sebagai tumpuan dari kolom kayu yang ada di atasnya dan tiang dengan diameter sekitar 42-50 cm yang berdiri diatas batu ojahan yang fleksibel. Pondasi ini memungkinkan rumah adat batak untuk dapat tahan terhadap guncangan gempa.Tiangnya tadi berjumlah 18 yang memiliki filosofi sebagai lambang kebersamaan dan kekokohan.
Selain untuk menahan gempa, pemilihan pondasi tipe umpak yang digunakan Suku Batak juga karena pada saat itu masih banyak ditemukan batu ojahan dan kayu gelonggong dalam skala besar. Belum ditemukannya bahan perekat seperti semen juga menjadi alasan lain digunakannya pondasi jenis ini.
5. Pintu Masuk Rumah
Pintu utama rumah adat Batak ini berukuran lebar 80 cm dan tinggi kurang lebih 1,5 m yang menjorok ke dalam dengan. Suku Batak membuat pintu ini lebih menarik dengan dihiasi berbagi macam ukiran, lukisan hingga tulisan.
Makna Rumah
Setiap bagian yang ada di rumah Adat batak memiliki makna yang sangat luas, tak hanya dari sisi keindahan dan keunikannya semata. Berikut ini adalah beberapa makna dari dibuatnya rumah adat yang khas Suku Batak ini.
Lukisan dan hiasan rumah adat Batak
Dalam satu rumah Adat Batak, biasanya ditempati oleh lima hingga enam keluarga. Di rumah ini sangat banyak hiasan dan ukiran khas Batak sebagai penambah estetika. Salah satu dari hiasan tersebut adalah ornamen Gorga.
Ornamen Gorga melambangkan tanda penolak bala berupa bahaya, penyakit, dan lain sebagainya. Ornamen tersebut sering diletakkan pada dinding rumah di bagian luar. Ornamen ini memiliki tiga bentuk berbeda yakni cicak, ular, dan kerbau.
- Gorga dengan bentuk cicak memiliki arti bahwa masyarakat Batak bisa beradaptasi dan dapat hidup di mana saja. Orang Batak diharapkan dapat memelihara rasa persaudaraannya meskipun sedang merantau jauh.
- Gorga dengan bentuk ular berkaitan dengan kepercayaan suku Batak yang meyakini bahwa jika rumah tersebut dimasuki ular, maka penghuninya akan mendapat berkah.
- Gorga dengan bentuk kerbau merupakan lambang ucapan terima kasih kepada kerbau yang sudah banyak membantu manusia dalam berbagai aktivitas sehari-hari
Bagian-Bagian Rumah
Rumah adat Batak dibangun oleh masyarakat dengan cara gotong royong. Bahan utama yang digunakan untuk membangun rumah ini adalah kayu dengan kualitas terbaik. Salah satu cara yang digunakan oleh para tukang kayu ketika memilih kayu adalah dengan mengetuknya. Apabila kayu yang diketuk berbunyi nyaring maka itu adalah kayu yang baik.
Pondasi yang digunakan untuk membangun rumah ini berbentuk segi empat yang nanti juga akan menopang dinding dan tiang yang kuat pula. Makna dari bagian-bagian yang kuat ini adalah perlunya kerja sama atau gotong royong ketika memikul beban yang berat. Pada bagian atas rumah adat Batak ini, tiang yang disebut dengan niggor menjadi penopangnya.
Makna tiang ninggor yang berbentuk lurus dan tinggi ini adalah kejujuran yang harus dimiliki oleh masyarakat Batak. Di bagian depan rumah terdapat songsong boltak yang berfungsi sebagai penahan atap. Bagian ini juga mempunyai makna bahwa apabila ada tuan rumah yang dirasa tidak baik maka hendaknya dipendam di dalam hati saja.
Baca Juga : Rumah Adat Riau | Arsitektur, Filosofi, Gambar dan Penjelasannya
Bagian lain yang ada di sisi depan rumah adalah arop-aropan yang bermakna sebagai harapan dapat hidup layak. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Batak yang membersihkan rumah dengan cara menyapu seluruh kotoran dan membuangnya ke lubang yang disebut dengan telaga. Lubang ini berada di dekat dapur masak. Aktivitas ini mempunyai makna untuk membuang jauh segala keburukan dan kesalahan yang ada di dalam rumah.
Rumah adat ini juga memiliki semacam panggung kecil yang berfungsi untuk menyimpan padi. Panggung kecil ini berbentuk seperti balkon. Bagian ini mempunyai makna sebagai harapan untuk kelancaran pekerjaan dan dalam menjalani hidup.