Cerita Fabel – Fabel merupakan dongeng atau cerita tentang binatang (cerita anak). Cerita anak merupakan suatu cerita pendek yang di tujukan untuk di baca oleh kalangan anak- anak. Fabel sendiri diambil dari bahasa Belanda dimana dalam fabel yang menjadi tokoh utama adalah hewan.
Cerita ini biasanya langsung masuk menuju intinya, karena memang cerita ini di suguhkan untuk kalangan anak-anak. Struktur fabel terdiri dari orientasi, resolusi, komplikasi, dan koda. Orientasi merupakan suatu pengenalan tokoh yang mana tokoh utamanya adalah hewan itu sendiri.
Komplikasi adalah suatu masalah yang akan di hadapi oleh para tokoh. Jawaban dari komplikasi adalah resolusi, yang mana resolusi merupakan penyelesaian dari masalah yang di alami oleh tokoh. Dan terakhir adalah koda, merupakan suatu perubahan sikap yang akan di tunjukkan oleh para tokoh pada cerita.
Kumpulan Cerita Fabel
Berikut ini adalah beberapa cerita fabel dari berbagai daerah:
Cerita Domba dan Babi
Di sebuah wilayah desa yang sangat jauh dari kota, hiduplah beberapa kepala keluarga di salah satu desa terpencil. Desa tersebut sangat asri dengan lembah yang begitu hijau dan pepohonan yang rimbun. Orang- orang di sana mempunyai hewan peliharaan yaitu domba dan babi yang begitu terkenal.
Untuk memberi makanan pada hewan ternak mereka, mereka memperkerjakan orang lain untuk mengurus masalah ternaknya. Tugas dari orang- orang tersebut ialah membersihkan domba dan babi dan juga memberi makan.
Ketika bulu dari domba- domba tersebut sudah lebat, para pekerja akan memotongnya dan selanjutnya kan di bawa ke pasar untuk di jual. Ketika berat badan babi sudah cukup untuk dijual, maka para pekerja akan membawa babi tersebut ke kota untuk dijual.
Banyak sekali domba dan babi yang di ternak, sehingga banyak pembeli yang tertarik kepada hewan ternak di desa tersebut. Konon cerita, pada masa tersebut antara hewan satu dengan yang lainnya dapat berkomunikasi. Namun tidak ada seorang pun yang dapat mengerti dengan apa yang sedang dibicarakan oleh hewan- hewan tersebut.
Karena posisi kandang domba dan kandang babi yang berdekatan, memungkinkan mereka dapat berkomunikasi satu sama lain. Seringkali antara domba dan babi saling ribut dan mengeluarkan suara seperti layaknya hewan biasa, sehingga manusiapun tidak mengetahui jika mereka sedang berbicara.
Suatu hari, tibalah dimana saatnya hari untuk menjual babi yang sudah siap. Babi yang mempunyai badan paling besar akan ditimbang dan segera dieksekusi untuk dibawa ke tempat penjualan. Siang itu, babi yang umurnya masih muda namun beratnya sudah cukup besar dipilih untuk segera di eksekusi.
Namun babi tersebut sangat susah ketika hendak di tangkap. Setelah capek berkejar-kejaran dengan babi, para petugas akhirnya dapat menangkap babi tersebut dan segera mengikat dua pasang kaki dari babi tersebut. Babi muda yang ditangkap tentunya meronta- ronta dan berteriak.
Melihat kejadian tersebut, babi muda di teriaki oleh para domba yang melihatnya. “Dasar kau babi penakut” “Ada apa kau menangis hei babi, padahal biasanya kawanmu tak pernah seperti itu. Mereka selalu pasrah karena mereka tahu nasib mereka akan seperti itu.
Lantas mengapa kau tak seperti mereka biasanya?” teriak para domba yang kemudian diikuti suara satu domba. Mendengar hal tersebut, salah satu babi pun menjawab, “Kalian tidak pernah tahu bagaimana yang kami dan mereka alami, jangan sok bijak kalian hai domba.
Kau hanya merasakan bulu dicukur saja tanpa merasakan bagaimana sakitnya disembelih. Namun lihatlah pada kami semua, kami tinggal menunggu giliran untuk dihilangkan nyawa kami. Tentu saja kami tidak dapat menikmati nikmatnya hidup seperti apa yang kalian rasakan.
Dan begitu teganya kalian mengejek kami, mengejek anak babi yang ternyata nyawanya tak lama lagi akan direnggut”. Sejak saat itu, domba merasa bersalah kepada babi karena selama ini karena selalu mengejek babi. Mereka kemudian meminta maaf kepada babi dan selalu merenungkan apa yang disampaikan oleh babi.
Kandang domba pun kini menjadi sepi, tak ada suara ejek mengejek kepada babi. Mereka akhirnya sadar, bahwa hidup yang mereka dapatkan lebih beruntung daripada yang di dapatkan oleh babi.
Cerita Fabel Seekor Bangau dan Seekor Rubah
Suatu hari di tengah hutan ada seekor rubah yang sedang berjalan- jalan di sekitarnya. Karena saat itu matahari sedang bersinar dengan semangat tanpa ada gangguan awan mendung, ia pun mengira bahwa saat itu adalah hari yang cerah dan pas untuk ia memancing.
Ia pun menyiapkan segala peralatan yang ia butuhkan untuk memancing sebelum ia pergi ke telaga tempat dimana ia akan memancing. Sesampainya di telaga tersebut, ia melihat sudah ada seekor bangau yang di seberang telaga. Sembari mengeluarkan alat- alat pancingnya ia pun menyapa bangau, “sedang apa kau hei bangau?”.
Dengan keadaan seperti itu, ia pun mengira bahwa ia akan mendapatkan ikan yang banyak siang itu yang mana akan ia gunakan untuk santapan makan malamnya. Karena di sapa oleh sang rubah, bangau pun menjawab “aku sedang menikmati segarnya air sehingga aku berenang agar seluruh tubuhku merasakan segar”.
Rubah sudah mulai memancing, tak lama setelah ia memasang umpan, tiba- tiba pancing nya mulai bergetar. Tentu saja ia merasa sangat senang karena ia melihat ada seekor ikan yang terpaut di ujung pancingnya. Merasa sangat senang karena ia telah menemukan ikan, sang rubah pun menawari kepada bangau untuk malam malam bersama dengan penuh semangat.
Ia mengatakan bahwa nanti mala ia akan mengadakan pesta. Bangau menerima ajakan rubah untuk makan malam di tempat si rubah. Pada malam harinya, bangau pun datang tepat waktu di rumah si rubah. “Tok,, tok,”. Segera rubah membuka kan pintu rumahnya atas kedatangan bangau dan mempersilahkan bangau untuk masuk.
Di dalam rumah rubah sudah tertata rapi meja makan. Aroma lezat masakan rubah membuat bangau semakin merasa sangat lapar. “Rubah, masakanmu begitu sedap aromanya, tentu saja rasanya pasti sangat lezat” seru bangau kepada rubah.
Akhirnya rubah menghidangkan makanannya ke meja makan tempat bangau duduk. Ternyata rubah memasak sop ikan dan diletakkannya sop tersebut di sebuah mangkuk kecil. Melihat hal tersebut, bangau merasa sedih. Karena bangau mempunyai paruh yang tidaklah kecil.
Tidak mungkin paruh bangau yang tidak kecil tersebut bisa masuk dalam mangkuk kecil yang berisi sop tersebut. Bangau pun hanya diam dan menatap mangkuk kecil tersebut. Melihat hal tersebut, rubah bertanya kepada bangau “bangau apakah kamu tidak suka dengan masakan sop ku ini sehingga kau hanya diam saja sedari tadi?”
“maafkan aku rubah, aku tak bermaksud seperti itu. Aku mempunyai paruh yang tidaklah kecil, sehingga paruhku tak bisa masuk dalam mangkok kecil yang berisi sop tersebut”. Jawab bangau sedih.
“bangau, maafkan aku karena aku tak mempunyai mangkuk yang besar. Namun jangan khawatir, karena aku sudah mempunyai ide agar kau tetap bisa menikmati sop ini”.
Rubah kemudian pergi ke dapur untuk mengambil rantang dan mengisi rantang tersebut dengan sup sampai rantang terisi penuh. “bangau, bawalah rantang ini. Aku membawakan makanan untukmu di dalamnya. Bawalah pulang, dan nikmatilah makanan ini” kata rubah dengan rasa sedih karena merasa bersalah.
“terima kasih banyak rumah, aku menjadi merepotkanmu. Kamu sungguh sangat baik. Tunggulah besok, aku akan ganti mengundangmu makan malam di rumahku”. Bangau pun pulang dengan membawa rantang yang dibawakan oleh rubah.
Cerita Fabel Antara Semut dan Burung Merpati
Diceritakan pada suatu hari, gerombolan semut sedang beraktivitas sebagaimana biasanya. Mereka berjalan bergerombol sambil menyunggi makanan di atas kepala mereka. Mereka selalu kompak dalam melakukan suatu hal.
Diantara gerombolan tersebut, ada seorang pemimpin yang senantiasa mengarahkan arah jalan yang mereka tempuh. Pemimpin akan memberikan aba- aba ketika mereka harus berbelok, ketika berhenti. Pemimpin adalah petunjuk yang selalu mereka patuhi hingga mereka tiba pada sarangnya.
Sesampainya di sarang mereka meletakkan makanan yang telah dibawanya tadi. Mereka kemudian berpisah dan menjalankan tugas mereka masing- masing. Ada satu ekor semut yang umurnya masih muda. Karena tidak pernah keluar dari sangkar, ia pun sangat penasaran dengan apa yang ada di luar sangkar mereka.
Ia pun mempunyai keinginan untuk dapat ke luar dari sarang. Akhirnya, semut muda tersebut memohon izin kepada pemimpinnya bahwa ia ingin melihat dunia diluar.
“Hai anakku, boleh saja jika kau menginginkan jalan- jalan dan melihat dunia yang ada di luar sarang kita. Namun yang perlu kau ingat, kau harus hati- hati karena di luar sarang kita ini, dunia begitu luas dan tentunya begitu kejam pula” ujar sang pemimpin kepada semut muda tersebut.
Semut muda pun menyiapkan bekal yang akan ia bawa untuk berjalan- jalan. Setelah semuanya siap, ia memohon pamit kepada pemimpinnya, “pak pemimpin, saya mohon pamit, saya akan pergi sekarang” pamit semut muda kepada pemimpin. “Teruslah berhati- hati anakku, dan cepatlah pulang”.
Semut pun memulai perjalanannya. Ia menyusuri rerumputan dan juga lembah. Kadang kala ia juga memanjat pohon karena ia merasa sangat ingin tahu. Hingga ketika ia melihat suatu mata air yang sangat jernih, ia pun mendatanginya karena merasa haus. Sesampainya di dekat mata air, semut muda merasa bingung.
Posisi mata air tersebut ternyata lebih tinggi daripada tanah yang saat itu ia pijak. Ia pun memutuskan untuk naik ke atas rumput di depannya. Tiba-tiba saja ia terpeleset dan akhirnya masuk dalam mata air tersebut. Semut sangat kesulitan untuk bangun.
Tidak lama setelah itu, datanglah seekor merpati yang melihat semut tersebut dan ingin menyelamatkannya. Merpati pun mencari cara bagaimana menyelamatkan semut tersebut. Merpati memutuskan untuk mencari daun dan mengambilnya.
Kemudian ia menjatuhkan daun tersebut hingga jatuh di dekat semut yang sedang kesusahan untuk bangun tersebut. Dengan segera, semut berusaha untuk dapat naik ke atas daun yang di berikan oleh sang merpati.
“Terimakasih banyak hai burung merpati, engkau baik sekali mau membantuku untuk bangun” ucap semut muda kepada merpati yang telah menolongnya.”terima kasih kembali semut, sebenarnya sedang apa kau disini sendirian? Apa yang kau cari?” tanya merpati kepada merpati muda.
“Aku ingin tahu dengan dunia yang berada di luar sarang semut, untuk itu aku berjalan jalan mencari tahu, dan tidak tahunya ternyata aku sampai di tempat ini” jawab semut kepada merpati. Tiba- tiba ketika mereka sedang berbincang- bincang, datanglah mata- mata yang ternyata adalah seorang pemburu yang ingin menembak burung merpati tersebut.
Mengetahui hal tersebut merpati bergegas pergi dan terpaksa meninggalkan semut sendiri. Semut merasa tidak tega ketika melihat burung merpati akan di tembak oleh pemburu. Semut pun kemudian berlari mendekati pemburu. Dia gigitlah kaki sang pemburu hingga pemburu merasa kesakitan.
Merpati sangat berterimakasih kepada semut, karena berkat bantuan semut merpati tersebut tidak jadi di tembak oleh sang pemburu. Setelah itu mereka berdua berpisah karena semut harus segera pulang ke sarang, karena pesan dari pemimpin semut tidak boleh berlama- lama di luar.
Cerita Fabel Belalang dan Semut
Diceritakan di suatu tempat yang berada di tengah- tengah hutan terdapat seekor semut yang sangat rajin. Sehari hari ia selalu mencari makanan dan kemudian ia menyimpannya di dalam lumbung miliknya. Ia selalu semangat apapun keadaannya dan apapun cuacanya.
Dia tak peduli panasnya terik matahari maupun hujan ia tetap rajin sekali. Suatu hari ketika di perjalanan menuju lumbung dengan membawa makanan untuk disimpan, ia berjumpa dengan seekor belalang yang saat itu tengah bermalas- malasan sembari berjemur. Melihat semut yang membawa banyak bawaan lantas belalang pun bertanya, “hai semut, kamu sedang apa?”.
“Aku sedang membawa persediaan makanan yang akan aku kumpulkan di lumbung”, semut menjawab pertanyaan belalang.
“Untuk apa kau mengumpulkan persediaan makanan dengan susah payah, toh di hutan ini sudah ada banyak sekali makanan yang bisa di santap” ujar belalang sambil menertawakan semut. Semut pun menjawab,”Memang benar apa katamu itu lang, tapi aku menyimpan makanan ini sebagai persiapanku nanti ketika musim dingin telah tiba” Jawab semut menjelaskan.
Belalangpun semakin menertawakan semut itu, “Ngapain kamu susah susah mengumpulkan makanan, musim dingin itu masih sangat lama. Dati paya kamu susah payah, mendingan santai santai dulu aja sambil bersenang- senang”.
“Untuk apa kau mengumpulkan persediaan makanan dengan susah payah, toh di hutan ini sudah ada banyak sekali makanan yang bisa di santap” ujar belalang sambil menertawakan semut. Semut pun menjawab,”memang benar apa katamu itu lang, tapi aku menyimpan makanan ini sebagai persiapanku nanti ketika musim dingin telah tiba” jawab semut menjelaskan.
Belalang pun semakin menertawakan semut itu, “Ngapain kamu susah susah mengumpulkan makanan, musim dingin itu masih sangat lama. Dati paya kamu susah payah, mendingan santai santai dulu aja sambil bersenang- senang”.
Belalang memang hewan yang sangat pemalas, hidupnya selalu ia gunakan hanya untuk bermain, bermalas- malasan, bersenang- senang, tanpa memikirkan apa yang harus di lakukannya dalam jangka waktu panjang ke depan.
Meskipun diejek oleh si belalang, semut pun tidak peduli sama sekali. Ia tetap semangat mengumpulkan makanan- makanan ke dalam lumbungnya. Esok harinya, ketika semut sedang dalam perjalanan menuju lumbung, ia pun bertemu kembali dengan belalang yang malas itu. Tetap saja belalang tersebut terus mengejek dan menertawakan si semut.
Hari-hari berikutnya tetaplah sama, semut sebagai semut yang sangat rajin, dan belalang tetaplah belalang yang suka bermalas malasan. Hari demi hari lumbung semut pun semakin terisi penuh. Namun hal tersebut tidak membuat semut berhenti mencari makanan lagi, dia tetap semangat setiap harinya.
Hingga suatu ketika, tibalah pada musim dingin. Di rumah, semut duduk dengan bersantai sambil menikmati makanan yang sudah ia kumpulkan jauh jauh hari. Sementara itu lain halnya dengan belalang, ia menyimpan makanan cukup sedikit karena ia berfikir bahwa musim dingin tidak akan berjalan lama.
Musim dingin telah berlalu selama lebih satu bulan. Sang belalang bingung karena persediaan makanan miliknya telah habis. Di lain tempat, semut masih dengan bersantai-santai menikmati makanan yang dimilikinya. Akhirnya belalang pun mencari cari makanan, namun yang dia dapatkan adalah gagal.
Belalang akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke rumah si semut. Sesampainya di rumah si semut, belalang mengetuk pintu dan semut langsung membukakan pintunya. “eh belalang, ada apa lang datang dingin- dingin begini?” tanya semut di balik pintu. “semut, bisakah kau memberikan kepadaku persediaan makananmu sedikit saja. Karena persediaan makananku kini telah habis, dan aku sangat lapar” pinta belalang kepada semut.
“enak sekali kamu bilang tinggal minta. Kemarin kemarin aku bersusah payah kamu malah menertawakanku dan mengek sesuka hatimu, dan sekarang setelah semua itu kau lakukan kau malah minta persediaan kepadaku? Pergilah, dan cari sendiri apa yang kamu butuhkan sendiri” semut pun menjawabnya dengan geram.
Mau tidak mau, belalang harus meninggalkan rumah semut dan mencari makanan untuk dirinya sendiri. Alhasil, tak ada makanan yang di temukannya. Karena keadaan belalang yang kelaparan dan cuaca yang sangat dingin, belalang pun hampir mati.
Semut datang tanpa disangka dan mengajak belalang untuk ke rumahnya. Di rumah semut, belalang di beri makanan yang banyak agar belalang dapat bertahan hidup.
Cerita Fabel Raja Burung Parkit
Burung parkit sedang terbang dengan berarak. Mereka bergerombol untuk mencari makanan di hutan yang luas. Tiba-tiba, ketika mereka terbang, mata kecil mereka terbelalak karena melihat biji- bijian yang tersebar di tanah yang cokelat dan berada di antara rimbunan pohon pohon besar.
Tanpa ada perintah, tubuh-tubuh kecil rombongan burung parkit itu pun langsung melesat menuju hamparan makanan yang sangat banyak itu. Saat kaki para parkit tersebut menyentuh tanah, siapa sangka ada sebuah jaring yang sangat besar terentang dan menyergap mereka semua.
Para burung parkit pun sangat panik. Tubuh- tubuh mungil itupun berusaha meloloskan diri dan meronta ronta dari rangkaian jaring tersebut.
“Sungguh sakit sekali, aku sama sekali tak bisa bernafas”, pekik salah satu burung parkit yang sangat panik karena terjepit oleh teman- temannya. “tolong… tolong..” teriak burung parkit yang lainnya.
“Hai kawan, di saat seperti ini tidak ada yang dapat menolong kita, jangan buang tenaga kalian sia – sia. Mari berfikir bagaimana siasat untuk kita dapat lolos dari jaring raksasa ini” kata parkit yang lainnya.
Raja parkit yang ternyata ikut terjebak diantara mereka berkata menenangkan, “Jangan panik kalian semua wahai rakyatku, kita sedang berada di dalam perangkap. Tidak lama lagi pemburu akan datang. Ia akan memilih burung –burung yang masih hidup.
Burung yang mati akan di buang olehnya. Oleh karena itu, kita semua harus berpura pura mati agar tidak ada dari kita yang di tangkap oleh mereka. Nanti setelah ku beri aba- aba, saat itulah kita akan terbang bersama- sama”. Beberapa saat kemudian, sang pemburu pun datang dan menghampiri jaring raksasa yang banyak memangsa burung parkit tersebut.
“Huh, sial sekali hari ini. Mana mungkin semua burung yang masuk perangkap bisa mati semua. Kalau begini, mana ada penjual yang mau membeli burung- burung ini” gerutu sang pemburu kecewa.
Saat pemburu tersebut memperhatikan para burung parit, ia tertarik melihat raja burung parkit. Ia melihat keindahan bulu bulu dari raja parkit tersebut. Lalu sang pemburu pun memutuskan untuk meletakkan raja parkit tersebut di dalam sangkar untuk di awetkan.
Karena sang burung merasa dirinya sudah berada di luar jaring bersama dengan burung- burung yang lainnya, sang raja pun kemudian memberikan aba- aba kepada rakyatnya untuk segera terbang. Mendengar aba- aba dari sang raja, tentunya para burung tersebut langsung sigap dan tangkas dari kaku berubah menjadi segar dan terbang menuju awan.
Namun, sang raja lupa kalau dirinya masih dalam perangkap sangkar sang pemburu. Jadilah sang raja tertinggal sendiri di dalam sangkar. Sang pemburu tentulah sangat kaget melihat kejadian tersebut. Namun dia merasa bahagia lantaran burung yang di kaguminya ternyata masih hidup.
Pemburu pun tidak peduli lagi dengan ratusan burung lain yang terbang. Tanpa membuang buang waktu lagi, si pemburu meletakkan raja parkit di sarang yang indah untuk ia jual ke pasar. Sepanjang hari, raja parkit hanya bernyanyi untuk menghibur dirinya.
Suara raja parkit yang begitu indah membuat kagum siapapun yang mendengarnya. Si pemburu pun memasang harga yang sangat tinggi bagi siapapun yang ingin membeli burung parkit tersebut. Keindahan suara yang dimiliki oleh raja parkit pun akhirnya terdengar oleh raja.
Melihat burung parkit tersebut, raja tidak hanya jatuh hati kepada suaranya saja, melainkan kepada keindahan bulu bulunya juga. Walaupun harga yang ditawarkan untuk burung parkit tersebut sangat tinggi, raja tetap ingin memiliki dan membelinya.
Dibawalah raja burung parkit tersebut ke istana kemudian di masukkan pada sebuah sangkar yang terbuat dari emas. Meskipun di berikan tempat yang sangat nyaman dan makanan yang enak, raja parkit tersebut sangat rindu pada rumah dan juga pada rakyatnya.
Semakin hari, nyanyian yang dilagukan oleh raja parkit berubah menjadi lagu lagu sedih. Raja parkit pun jatuh sakit. Raja parkit kehilangan semangat hidupnya. Tubuhnya semakin melemah dan tidak bernyanyi lagi seperti biasanya. Raja pun sangat sedih melihat burung kesayangannya yang keadaannya semakin memburuk.
Hingga suatu hari, badan raja burung parit tersebut tidak bergerak di dalam kandangnya. Dengan perasaan tak menentu, raja paritpun dikeluarkan dari dalam sangkar untuk di kuburkan. Saat jasadnya diletakkan begitu saja di atas tanah, raja parkitpun tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Meski kondisi raja parkit saat itu sangat lemah, ia segera terbang tinggi untuk kembali ke hutan dan menemui rakyatnya. Sesampainya di hutan, raja parkit disambut oleh semua rakyatnya dengan gembira.
Cerita Fabel Gagak yang Cerdik
Musim kemarau yang sangat panjang mengakibatkan banyak sumber air yang menjadi kering. Hewan- hewanpun menjadi kehausan karena susahnya mencari sumber air. Begitu pula dengan si gagak. Ia sudah terbang kesana kemari untuk mencari air. Akhirnya, gagak tersebut melihat air di dalam sebuah kendi.
Sayangnya, kendi tersebut sangat dalam dan airnya pun hanya sedikit. Sehingga gagak tidak bisa untuk meminum air dalam kendi tersebut. Gagak pun memikirkan cara agar bisa minum air yang sedikit itu.
Gagak melihat di dekat kendi ada setumpuk batu. Muncullah akal si gagak untuk memasukkan batu tersebut satu persatu kedalam kendi. Batu batu tersebut membuat kendi semakin dangkal. Air yang ada di dalam kendi pun perlahan- lahan mulai naik, sehingga gagak bisa meminum air tersebut.
Cerita Fabel Ikan Tongkol dan Ayam
Zaman dahulu kala, di suatu pulau yang bernama pulau Natuna dan pulau Anambas, semua hewan hidup dengan saling bersahabat. Baik hewan yang hidup di laut maupun hewan yang hidup di darat. Diantara mereka ada yang berteman sangat baik salah satunya adalah bangsa ikan tongkol dan bangsa ayam.
Suatu ketika, bangsa ayam mendatangi para bangsa ikan tongkol dengan membawa kabar bahwa akan diadakan pesta dengan zikir bardah (doa atau pujian- pujian berlagu) pada suatu malam bulan purnama.
“Kalian pokoknya harus datang karena pesta sebesar ini belum tentu ada lagi di tahun depan. Pokoknya kalian akan merasa rugi kalau kalian tidak ikut menyaksikan kemeriahannya” seru bangsa ayam kepada bangsa ikan tongkol.
Mendengar berita yang di sampaikan oleh bangsa ayam, tentunya bangsa ikan tongkol merasa sangat gembira. Sudah lama bangsa ikan tongkol memang ingin menyaksikan zikir bardah yang disertai dengan tabuhan rebana dari jarak yang dekat. Apalagi acara tersebut akan dilakukan ketika bulan purnama dimana air laut saat itu pasang.
“Baiklah sahabat baikku, kami akan datang. Terimakasih karena kalian telah bersedia mengundang kami para ikan tongkol”. Kata pemimpin ikan tongkol berterimakasih. “akupun sangat bahagia karena kita dapat berpesta bersama di darat” jawab bangsa ayam.
“Namun sebelumnya, aku mohon pertolongan kepada kalian, untuk berkokok sebelum fajar menyingsing yaitu saat air laut akan surut. Jangan sampai terlambat karena rakyatku pasti akan celaka” pinta pemimpin bangsa tongkol.
“Tenang saja. Tanpa kau minta sekalipun kami pasti akan berkokok jauh sebelum matahari terbit. Itu sudah menjadi pekerjaan kami sehari hari!” seru bangsa ayam meyakinkan.
Saat yang di tunggu pun tiba. Ketika bulan purnama tiba dan air laut sudah pasang, segerombolan ikan tongkol berbondong- bondong menuju ke daratan. Air pasar membawa mereka hingga di bawah panggung tempat zikir badar berlangsung. Mereka terlena dengan alunan rebana, lantunan zikir, dan juga pantun.
Acara terus berlangsung hingga larut malam. Bangsa ayam tentu saja ikut larut dalam kebahagiaan tersebut. Mereka semua pun terlena dengan kemeriahan pesta. Semua yang hadir di tempat tersebut baru tertidur menjelang pagi. Bisa dipastikan mereka semua akan bangun terlambat.
Begitu pula dengan bangsa ikan tongkol. Mereka tentu saja terkejut karena matahari yang sudah meninggi dan air laut yang telah kembali surut. Beberapa dari mereka yang berdiam dekan dengan batu karang berlarian menuju lekuk karang yang banyak airnya.
Namun, sebagian lagi tidak bisa menuju ke tengah laut karena pantai yang sudah mengering. Mereka pun menggelepar- gelepar di kolong panggung tempat pesta semalam.
“Hoii..!! Ada ikan terdampar. Ayo kita tangkap!!” seru para nelayan.
Suara tersebut pun mengagetkan para ayam. Mereka semua langsung terbangun. “Celaka!! Apa yang harus kita lakukan, bangsa ikan tongkol pasti benar- benar marah kepada kita!” teriak pemimpin bangsa ayam.
Dalam kepanikan itu, bangsa ayam pun menuju pantai. Mereka tidak tega melihat sekian banyak tongkol mati dan ditangkap oleh manusia. Dari arah karang, pemimpin tongkol berseru, “Hai bangsa ayam, mana janji kalian? Aku tidak akan pernah memaafkan kelalaian kalian sampai kapanpun”.
“Maafkan kami, kalian semua lihat kan, kita semua terlambat bangun!” seru bangsa ayam. Namun bangsa ikan tongkol tidak peduli lagi dengan seruan minta maaf dari bangsa ayam.
“Perhatikanlah wahai bangsa ayam. Kami akan memangsa bangsa kalian sebagai balasan atas kematian rakyat kami. Kalaupun tidak mendapatkan tubuh kalian, bulu- bulu kalian pun akan kami makan!”.
Sejak saat itu bangsa ayam bermusuhan dengan bangsa ikan tongkol. Hingga saat ini para pelayan di Kepulauan Natuna dan Anambas Kepulauan Riau selalu menggunakan bulu ayam jantan yang diambil dari bagian tengkuk sebagai umpan memancing ikan tongkol di lautan.
Cerita Fabel Seekor Kura- kura dan Seekor Rusa
Dahulu kala, ada seekor rusa yang sangat sombong dan juga pemarah. Ia sering sekali meremehkan kemampuan dari hewan yang lainnya. Suatu hari ketika sang rusa sedang berjalan santai menyusuri pinggir danau, ia tak sengaja berjumpa dengan seekor kura- kura.
Kura- kura tersebut terlihat hanya mondar mandir tanpa melakukan hal lain. Rusa pun bertanya kepada sang kura- kura, “hai kura- kura, sebenarnya apa yang sedang kau lakukan itu?” Tiba- tiba sang rusa pun marah kepada kura-kur, “Hei kura- kura jangan belagak kau.
Kau itu hanya berlagak mondar mandir saja dan berlagak seperti sedang cari sumber kehidupan saja”. Kura- kura pun terus berupaya untuk menjelaskan kepada sang rusa, namun batu tetaplah batu, sang rusa malah semakin marah. Rusa mengancam kepada kura- kura bahwa ia akan menginjak tubuh dari kura-kura tersebut.
Melihat hal tersebut, kura – kura merasa sangat jengkel kepada rusa kemudian kura- kura menantang rusa adu kekuatan dengan menggunakan betis mereka. Rusa tentu saja marah mendengar tantangan dari kura- kura tersebut.
Rusa pun meminta kura- kura untuk menendang terlebih dahulu betisnya. Tentu saja kura-kura tidak mau, lantas kura- kura menjawab “Hei rusa, jika aku yang menendang dahulu betismu, nanti kau akan terlebih dahulu terjatuh, dan kau tidak dapat membalas aku”.
Mendengar hal tersebut, rusa pun bertambah marah dan berancang- acang rusa kan menendang betis dari kura- kura. Dengan segera, kura kura dengan cepat memasukkan kedua kakinya tersebut kedalam tempurung miliknya. Dengan geram, akhirnya rusa menginjak dengan keras tempurung kura- kura hingga kura kura tersebut tertimbun di dalam tanah.
Kura- kura pun berusaha sekuat badannya untuk dapat keluar dari tanah tersebut. Hingga seminggu berlalu, akhirnya kura- kura itupun berhasil keluar dari tanah. Ia kemudian mencari rusa dan bersiap siap untuk membalas dendamnya kepada rusa. “Bersiaplah rusa, karena kali ini aku yang akan menendang betismu itu”.
Mendengar yang dikatakan oleh kura- kura, rusa pun menganggapnya remeh. Dengan sombongnya si rusa berkata kepada kura- kura, “Ayo kumpulkan semua tenaga yang kau miliki, lalu tendanglah betisku ini dengan yakin tanpa ragu. Hahaha”.
Kura- kura bukanlah pengecut, dia tentu saja langsung menyiapkan ancang- ancang di tempat yang lebih tinggi untuk menendang betis si rusa yang sombong tersebut. Ia pun menggelindingkan tubuh tempurungnya dan ketika hampir dekat dengan badan si rusa, kura- kura menaikkan tubuhya sehingga ia melayang.
Ternyata yang akan diserang oleh kura- kura bukanlah betis rusa, melainkan hidung rusa. Akhirnya, hidung rusa pun putus karena hantaman tempurung kura- kura yang sangat keras. Sang rusa pun akhirnya mati.
Cerita Fabel Gagak yang Cerdik
Musim kemarau yang sangat panjang mengakibatkan banyak sumber air yang menjadi kering. Hewan- hewanpun menjadi kehausan karena susahnya mencari sumber air. Begitu pula dengan si gagak. Ia sudah terbang kesana kemari untuk mencari air.
Akhirnya, gagak tersebut melihat air di dalam sebuah kendi. Sayangnya, kendi tersebut sangat dalam dan airnya pun hanya sedikit. Sehingga gagak tidak bisa untuk meminum air dalam kendi tersebut. Gagak pun memikirkan cara agar bisa minum air yang sedikit itu.
baca juga cerita rakyat
Gagak melihat di dekat kendi ada setumpuk batu. Muncullah akal si gagak untuk memasukkan batu tersebut satu persatu kedalam kendi. Batu batu tersebut membuat kendi semakin dangkal. Air yang ada di dalam kendi pun perlahan- lahan mulai naik, sehingga gagak bisa meminum air tersebut.
Itulah tadi beberapa cerita fabel yang dapat kami sajikan, semoga dengan adanya artikel tentang cerita fabel ini bisa digunakan sebagai tambahan referensi untuk bercerita kepada si kecil.
Terimakasih pak artikelnya keren
bisa kami ceritakan kepada murid murid Tk kami