Suku Asmat – Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keberagaman suku di dalamnya. Berbagai macam suku tinggal di Indonesia mulai dari Sabang hingga ke Merauke. Dari sekian banyak suku yang ada di Indonesia, Suku Asmat menjadi salah satu suku yang mungkin sering Anda dengar.
Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini, akan dibahas lebih dalam siapa itu Suku Asmat dan bagaimana kebudayaan yang dimilikinya. Suku Asmat sendiri merupakan salah satu suku yang berasal dari Papua. Suku yang satu ini merupakan suku dengan jumlah populasi terbesar di Papua.
Jadi, tak heran jika Anda sering melihat tayangan tentang suku tersebut di beberapa TV swasta. Berbagai macam keberagaman budaya yang dimilikinya membuat suku satu ini sangat menarik untuk dibahas. Terlebih lagi, suku tersebut masih menjadi suku yang mempertahankan warisan nenek moyang.
Bukan hanya sekedar melestarikan budaya yang dimilikinya saja, namun cara tersebut bagi Suku Asmat ternyata memiliki pola serta tersimpan sebuah tujuan besar di dalamnya. Bagi Anda yang penasaran dengan kebudayaan yang dimiliki oleh suku dari timur ini, berikut penjelasannya:
Rumah Adat Suku Asmat
Pada pelajaran IPS di sekolah tentu saja Anda sudah diberikan materi tentang berbagai macam bentuk rumah adat yang ada di Indonesia. Nah, bentuk rumah adat dari Suku Asmat ini pastinya sangat mudah untuk Anda hafal.
Ya, bentuknya yang sangat unik dengan atap yang berbentuk seperti bola yang di belah menjadi dua bagian. Selain itu, denah rumah yang dimilikinya pun berbentuk lingkaran, dengan panjang 25 meter. Rumah yang dimiliki oleh suku tersebut dibangun dengan memanfaatkan berbagai macam tumbuhan yang ada di alam.
Nah, model rumah yang demikian ternyata menjadi model rumah yang sangat cocok bagi mereka, karena mereka merupakan suku yang tinggal di pedalaman dan dekat dengan tepi pantai. Rumah adat yang dimiliki oleh Suku Asmat tersebut dinamakan dengan Rumah Jeu.
Faktanya, rumah adat tersebut bukan satu-satunya rumah adat yang dimiliki oleh suku ini. Tidak sedikit dari penduduknya lebih memilih untuk tinggal di atas pohon agar bisa terhindar dari binatang buas.
Upacara Adat yang Dimiliki oleh Suku Asmat
Suku Asmat terkenal sebagai suku yang memiliki beragam upacara adat dan sangat sakral. Berikut adalah beberapa upacara adat yang dimiliki oleh Suku Asmat.
-
Upacara Yentpokmbu
Upacara Yentpokmbu adalah sebuah ritual yang dilakukan pada saat pembuatan rumah Yew atau yang juga disebut sebagai Rumah Bujang. Nah, rumah yang satu ini ternyata memiliki nama yang sesuai dengan marga si pemiliknya.
Tujuan dari pendirian Rumah Bujang ini digunakan dalam berbagai kegiatan yang religious ataupun non religious. Biasanya, rumah satu ini digunakan sebagai tempat untuk berkumpul keluarga. Akan tetapi, pada saat terjadi penyerangan, para wanita dan anak-anak dilarang untuk memasuki rumah tersebut.
-
Upacara Tsyimbu
Yang kedua ada Upacara Tsyimbu. Nah, apa tujuan diadakannya upacara satu ini? Upacara tersebut diadakan untuk pembuatan serta pengukuhan rumah lesung. Uniknya, Upacara Tsyimbu hanya dilaksanakan selama 5 tahun sekali. Jadi, jika Anda ingin melihat ritual dari upacara tersebut, Anda harus datang pada waktu yang tepat.
Upacara yang satu ini dilaksanakan dengan mengecat perahu dengan warna merah dan berseling putih pada bagian luar. Sedangkan pada bagian dalam perahu akan dicat dengan menggunakan warna putih. Tak hanya itu, bahkan perahu tersebut akan diukir dengan menggunakan gambar anggota keluarga yang sudah tiada.
Namun, dapat pula digambar dengan bentuk hewan atau yang lain sebagainya. Perahu kemudian akan dihiasi dengan menggunakan sagu. Selanjutnya, pada keluarga akan berkumpul di salah satu rumah dari orang yang sangat berpengaruh di kampung tersebut.
Upacara akan dimulai dengan nyanyian-nyanyian yang diiringi dengan alat musik tifa. Lama kelamaan suasana akan menjadi riuh dan ramai sorak sorai dari para wanita dan juga anak-anak. Namun, dibalik itu ada pula yang menangis karena mengenang salah satu anggota keluarga mereka yang telah tiada.
-
Upacara Mbismbu
Upacara Mbismbu merupakan upacara yang ditujukan untuk membuat tiang. Mbis sendiri seperti ukiran patung tonggak nenek moyang ataupun salah satu anggota keluarga mereka yang sudah meninggal dunia.
Upacara sakral tersebut diadakan dengan tujuan untuk mengingat kembali anggota keluarga mereka yang mati terbunuh. Atas kematian itulah, para anggota keluarga lainnya yang masih hidup harus segera balas dendam dengan membunuh pelaku pembunuhan.
-
Ritual Kematian
Berikutnya ada ritual kematian. Berbeda dengan beberapa suku lainnya, Suku Asmat beranggapan bahwa kematian yang terjadi bukan karena hal yang alamiah. Ini karena gangguan dari roh jahat yang mengganggu orang tersebut. Tak heran, jika masyarakat dari suku ini akan membuat pagar dari dahan pohon nipah jika ada salah satu anggota keluarga mereka yang sakit.
Pemasangan pagar tersebut bertujuan supaya roh jahat tidak berkeliaran di sekitar mereka dan berharap agar roh tersebut tidak mengganggu kehidupan mereka lagi. Bahkan, mereka akan berkumpul di sekeliling orang yang sakit tanpa mengobatinya ataupun memberi makan.
Saat di orang yang sakit tersebut meninggal dunia, mereka akan berebut memeluk jasad tersebut serta keluar rumah menggulingkan badan di lumpur. Setelah itu, mayat akan diletakkan di atas para (anyaman bambu) dan dibiarkan sampai membusuk.
Tulang belulang dari mayat itu akan disimpan pada pokok-pokok, sedangkan bagian tengkoraknya akan diambil dan dijadikan sebagai bantal. Hal tersebut dilakukan sebagai tanda kasih sayang kepada yang sudah meninggal.
Ada pula yang meletakkan mayat tersebut pada perahu lesung dan dibekali dengan menggunakan sagu untuk kemudian dialirkan ke laut. Ada ketentuan lain yang dimiliki oleh Suku Asmat. Yakni, mayat yang dikubur, khusus untuk laki-laki tidak mengenakan busana. Sedangkan mayat perempuan akan mengenakan busana.
Biasanya, mayat-mayat tersebut akan dikubur di pinggir sungai, hutan, ataupun semak-semak. Setelah itu, orang yang sudah meninggal akan dibuatkan Mbis (ukiran orang) sebagai bentuk dari kepercayaan mereka. Ini karena mereka masih percaya bahwa roh-roh orang yang sudah meninggal tersebut masih berkeliaran di sekitar rumah.
Tarian serta Alat Musik yang Dimiliki Oleh Suku Asmat
Suku Asmat memiliki tarian yang sangat terkenal. Tarian tersebut dikenal dengan nama ‘Tarian Tobe’. Tarian yang satu ini juga disebut dengan tarian perang. Dulunya, Tarian Tobe akan ditarikan jika ada perintah dari kepala adat untuk melakukan perang.
Namun, seiring dengan perkembangan waktu, tarian satu ini ditarikan untuk menyambut para tamu yang datang. Orang-orang yang menarikan tarian tersebut akan bernyanyi dengan semangat sembari diiringi alat musik tradisional yaitu tifa.
Para penari juga akan menggunakan manik-manik dada, rok yang terbuat dari akar bahar serta beberapa helai daun yang akan diselipkan pada tubuh mereka. Penggunaan berbagai macam tumbuhan tersebut menandakan bahwa Suku Asmat merupakan suku yang sangat dekat dengan alam.
Adat Istiadat Suku Asmat
Adat istiadat yang dimiliki oleh Suku Asmat memang tidak lepas dari pandangan. Bagaimana tidak? Setiap adat yang dimilikinya justru tampak lebih unik dan berbeda jika dibandingkan dengan suku yang lainnya. Berikut akan dijelaskan adat istiadat yang dimiliki oleh suku tersebut.
-
Kematian
Adat kematian yang dimiliki Suku Asmat sudah dijelaskan pada penjelasan tentang ritual kematian di atas. Namun, terdapat pengecualian pada adat tersebut. dimana, hal ini berlaku bagi kepala suku itu sendiri. Jika ada kepala suku yang meninggal, maka jasadnya akan dimumikan kemudian dipajang di depan joglo Suku Asmat.
-
Pernikahan
Pernikahan hanya boleh dilakukan jika umur dari kedua mempelai sudah 17 tahun atau lebih dan mendapat kesepakatan dari kedua belah pihak. Pihak pria juga akan diuji keberaniannya dengan membeli wanita yang nilainya seharga perahu Johnson. Namun, proses transaksi tersebut menggunakan piring antik.
-
Kehamilan
Masyarakat suku ini sangat menjaga kehamilan dari seorang wanita. Mereka akan memberikan perlakuan khusus hingga si jabang bayi terlahir ke dunia.
-
Kelahiran
Sesaat setelah wanita hamil melakukan proses persalinan, maka keluarga akan menggelar upacara selamatan dengan memotong tali pusar menggunakan sebuah alat yang dinamakan sembilu.
Sembilu ini terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Setelah itu, bayi akan disusui oleh ibunya selama 2 sampai 3 tahun lamanya.
Itulah kebudayaan yang dimiliki oleh suku dari timur ini. Meski Suku Asmat menjadi salah satu suku yang memiliki masyarakat religius magis dan jauh dari kemajuan teknologi, namun suku tersebut masih menjunjung tinggi budaya yang diwariskan oleh nenek moyangnya.
Tak hanya itu, bahkan Suku Asmat sangat menjaga alam tempat tinggalnya. Hal tersebut karena mereka memiliki pola pikir bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan kehendak alam dan seisinya.
Baca juga suku Jawa
Indonesia menjadi salah satu negara dengan keberagaman suku di dalamnya. Oleh karena itu, sebagai warga negara, sepatutnya Anda menjaga kelestarian budaya serta menjaga lingkungan alam sekitar seperti apa yang dilakukan oleh Suku Asmat dari Papua.