Pahlawan nasional – Indonesia bisa merdeka berkat karunia Tuhan dan tidak lupa berkat jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan jiwa raganya untuk bangsa Indonesia. Para pahlawan ini tentu saja namanya selalu harum sepanjang masa. Terlebih nama-nama pahlawan nasional sebagai titik puncak kemerdekaan bangsa.
Sudah sepatutnya sebagai generasi penerus bangsa, kita selalu menjaga dan melestarikan keindahan tanah air tercinta ini dengan nilai-nilai positif yang membanggakan. Untuk memperluas pengetahuan Anda tentang pahlawan Indonesia yang telah berjasa besar untuk bangsa ini, di bawah ini sederetan nama-nama pahlawan nasional beserta jasa-jasanya yang wajib Anda tahu.
Ahmad Yani
Pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada para pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini.
Nama pahlawan nasional pertama yang tentu sudah tidak asing lagi di telinga Anda yaitu Ahmad Yani. Ahmad Yani lahir di Jenar, Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922. Semua anggota keluarga Ahmad Yani sendiri merupakan pekerja di pabrik gula milik penjajah Belanda.
Pada tahun 1927 Ahmad Yani bersama dengan keluarganya pindah ke Batavia dimana tempat ayahnya bekerja untuk Jenderal Belanda. Pada tahun 1940 Ahmad Yani meninggalkan sekolah tingginya dan menjalani wajib militer dengan tentara Hindia-Belanda.
Tidak sampai disitu saja, Ahmad Yani juga mempelajari bidang topografi di Kota Malang, Jawa Timur. Namun sayang, proses belajarnya terganggu karena kedatangan tentara dari Jepang pada tahun 1942. Di waktu yang sama Ahmad Yani dan keluarganya pindah ke Jawa Tengah.
Kemudian di tahun 1943 Ahmad Yani bergabung dengan tentara militer yang di sponsori Jepang Peta (Pembela Tanah Air) dan melanjutkan latihannya ke Magelang. Setelah selesai dari pelatihan ini kemudian Ahmad Yani meminta untuk dilantik sebagai Komandan Peleton Peta lalu dipindahkan ke Kota Bogor, Jawa Barat. Selesai bertugas di Bogor, Ahmad Yani kembali ke Magelang dan menjabat sebagai instruktur.
As’ad Syamsul
Pahlawan nasional yang selanjutnya bernama K.H.R As’ad Syamsul Arifin atau yang lebih dikenal dengan nama As’ad Syamsul saja. As’ad Syamsul lahir di Kota Mekah pada tahun 1897 dan wafat tepat di usia 93 tahun yaitu pada tanggal 4 Agustus 1990 di Situbondo, Jawa Timur.
As’ad Syamsul merupakan salah seorang tokoh ulama besar sekaligus tokoh organisasi Nahdlatul Ulama. Beliau juga menjabat sebagai Dewan Panasehat Musytasar dan berjuang untuk NU hingga akhir hayatnya. As’ad Syamsul juga sebagai pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah yang berada di Desa Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Cut Mutia
Nama pahlawan nasional yang ketiga ini pasti sudah sangat akrab terdengar di telinga Anda. Siapa lagi kalau bukan Nyai Cut Mutia yang merupakan pahlawan wanita ternama dari Aceh.
Cut Mutia merupakan sosok wanita pemberani yang dengan gagahnya melawan penjajahan Belanda. Toko pahlawan wanita dari Aceh ini melawan Belanda bersama suaminya yaitu Teuku Muhammad atau yang juga dikenal dengan nama teuku Tjik Tunong.
Namun kebersamaannya dengan Teuku Muhammad tidak berlangsung lama. Setelah Cut Mutia ditinggal oleh Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong kemudian beliau menikah lagi dengan Pang Nanggroe. Pernikahan dilakukannya atas dasar wasiat dari suaminya, Teuku Muhammad sebelum meninggal.
Cut Meutia dan suaminya bergabung di bawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Pada suatu pertempuran yang terjadi di Paya Cicem, Cut Mutia dan para wanita lainnya melarikan diri ke sebuah hutan. Sedangkan Pang Nanggroe tetap melakukan perlawanan hingga akhirnya tewas dalam pertempuran tersebut.
Berkat jasanya, pemerintah Indonesia mengabadikan fotonya dalam uang kertas Rp 1000-an. Mungkin saat ini mata uang kertas seribuan sudah jarang ditemui lagi, lebih banyak uang kertas dua ribuan.
Cut Nyak Dhien
Nama Pahlawan nasional wanita selanjutnya yang namanya sangat harum adalah Cut Nyak Dhien. Cut Nyak Dhien juga merupakan pahlawan wanita dari Aceh.
Beliau merupakan salah satu pahlawan wanita yang memiliki kegigihan dan keberanian yang sangat tinggi dalam melawan penjajahan Belanda untuk memerdekakan Bangsa Indonesia. Cut Nyak Dhien memiliki seorang suami yang bernama Teuku Umar. Teuku Umar atau suami dari Cut Nyak Dhien ini juga merupakan pahlawan indonesia yang gugur di medan perang.
Cut Nyak Dhien juga bergabung dengan para pejuang Aceh yang pada waktu itu belum tertangkap. Nama Cut Nyak Dhien sendiri diabadikan sebagai nama salah satu nama Bandar Udara yaitu Bandara Cut Nyak Dhien Nagan Raya di Meulaboh.
Idham Chalid
Pahlawan nasional yang selanjutnya adalah Dr. KH. Idham Chalid atau yang lebih akrab dikenal dengan nama Idham Chalid. Beliau lahir di Satui, Kalimantan Selatan pada tanggal 27 Agustus pada tahun 1921 dan wafat pada tahun 2010. Idham Chalid merupakan salah satu pahlawan yang sangat berpengaruh pada masanya.
Idham Chalid juga seorang tokoh paling muda yang pada saat memimpin ormas dan menjabat paling lama di sana. Idham Chalid merupakan tokoh besar pada orde lama hingga orde baru. Idham Chalid melewati karirnya dengan cemerlang hingga puncak impiannya.
Jenderal Sudirman
Siapa sih yang tidak kenal dengan nama pahlawan nasional yang satu ini, Jenderal Sudirman. Namanya ada dimana-mana sebagai nama jalan-jalan besar di beberapa kota yang ada di Indonesia. Jenderal Sudirman merupakan seorang Jenderal besar TNI Anumerta.
Gelar yang sangat membanggakan ini di dapatkannya pada usia 31 tahun. Di usia yang masih sangat muda, sudah mendapatkan jabatan dan gelar yang sangat fantastis ini. Jenderal Sudirman merupakan pahlawan nasional yang sangat berjasa pada masa Revolusi Nasional Indonesia.
Nama Jenderal Sudirman sendiri sangat ternama dengan perang siasat perang gerilya dan serangan pada tanggal 1 Maret 1949. Jenderal Sudirman diangkat sebagai seorang panglima besar pada tanggal 18 Desember 1948. Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melakukan serangan Agresi Militer II untuk menduduki Kota Yogyakarta.
Jenderal Sudirman bersama dengan para tentara kecil dan para dokter pribadinya melakukan perang gerilyanya selama tujuh bulan. Jenderal Sudirman sebagai pengomando utama dalam kegiatan militer di Pulau Jawa termasuk dalam serangan 1 Maret 1949 di Yogyakarta yang dipimpin oleh Kolonel Seharto. Beliau kemudian wafat di Magelang pada tanggal 29 januari 1950 tepatnya pada usia 34 tahun.
John Lie
Nama pahlawan nasional Indonesia yang ketujuh bernama John Lie yang lahir di Manado pada tanggal 9 Maret tahun 1911. John Lie merupakan keturunan dari keluarga Tionghoa.
Pada awalnya, John Lie merupakan seorang mualim dari pelayaran niaga yang milik pemerintah Belanda, Koninklijke Pakertvaart atau sering dikenal dengan sebutan KPM yang kemudian bergabung dengan ALRI. Pada saat itu, John Lie bertugas di daerah Cilacap.
John Lie berhasil membersihkan ranjau yang ditanam oleh pemerintahan Jepang yang pada masa itu digunakan untuk menghalau pasukan sekutu. Atas jasanya ini, John Lie kemudian dinaikkan pangkatnya menjadi mayor. Beliau merupakan seorang pahlawan yang sangat gigih dan memiliki keberanian tinggi.
Dengan menggunakan kapal motornya, John Lie menembus blokade laut di sekitar perairan Selat Malaka yang dilakukan oleh angkatan Laut Belanda. John melakukan paling sedikit berhasil menembus blokade Belanda. Bukan hanya itu saja, ada tahun 1947, John Lie berhasil memasok senjata, obat-obatan dan amunisi dalam jumlah yang cukup banyak kepada para pejuang yang ada di Sumatera.
R.A Kartini
R.A Kartini merupakan pahlawan nasional wanita yang sangat berjasa untuk Indonesia. Namanya harum sepanjang masa. Tanpa jasanya, mungkin kaum wanita tidak bisa semerdeka saat ini.
Raden Ayu Kartini atau yang lebih dikenal dengan nama Raden Ajeng Kartini menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya untuk memperjuangkan kemerdekaan wanita Indonesia atau menyetarakan wanita dengan kaum pria terutama atas hak pendidikan yang sama.
Raden Ajeng Kartini juga dikenal sebagai pelopor kebangkitan wanita pribumi. Bukunya yang sangat terkenal berjudul Habis Gelap Tetbitlah Terang. Pahlawan emansipasi wanita ini lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1979. R.A Kartini kemudian menikah dengan seorang bupati Rembang, Singgih Djojo Adhiningrat pada tanggal 12 November 1979. Singgih Djojo Ahiningrat ini adalah pernah memiliki tiga orang istri.
Setelah menikah, Raden Ajeng Kartini hijrah ke Rembang mengikuti suaminya. R.A Kartini diberi kebebasan oleh suaminya untuk mendirikan sekolah untuk kaum wanita di komplek Kabupaten Rembang. Bangunan sekolah tersebut saat ini menjadi Gedung Pramuka.
Raden Ajeng Kartini wafat di usia 25 tahun yaitu pada tanggal 17 September 1979. Untuk mengenang jasanya yang sangat besar untuk Bangsa Indonesia terutama bagi kaum hawa, maka hari kelahirannya kemudian diperingati sebagai Hari Kartini.
K.H Ahmad Dahlan
Pahlawan Indonesia yang jasanya terkenang sepanjang masa salah satunya adalah Muhammad Darwis atau yang akrab dipanggil Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan lahir tanggal 1 Agustus 1968 di Kota Yogyakarta.
Ahmad Dahlan merupakan putra dari keluarga K.H Abu Bakar. Ayahnya, K.H Abu Bakar sendiri merupakan seorang ulama besar sekaligus seorang khatib ternama di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta. Pada saat baru menginjak usia 15 tahun, beliau pergi haji dan tinggal di Kota Makkah selama kurang lebih 5 tahun.
Pada saat itulah Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran islam. Ahmad Dahlan kemudian mendirikan sebuah organisasi Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 di Kauman, Yogyakarta. Beliau ingin mengadakan pembaharuan dalam berfikir serta beramal yang sesuai dengan tuntunan agama Islam.
Ahmad Dahlan ingin mengajak umat Islam kembali hidup sesuai dengan ajaran Islam menurut tuntunan Al-Qur’an dan al-hadits. Sejak awal mendirikan organisasi Muhammadiyah, beliau menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi organisasi ini bersifat sosial dan bergerak dalam bidang pendidikan. K.H Ahmad Dahlan kemudian wafat pada tanggal 23 Februari tahun 1923 pada usia 53 tahun.
Ki Hajar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat namanya diganti menjadi Ki Hajar Dewantara sejak tahun 1922. Ki Hajar Dewantara merupakan pahlawan nasional Indonesia sekaligus seorang aktivis pergerakan Indonesia, kolumnis, politisi, dan juga seorang pelopor bidang pendidikan kaum pribumi pada masa penjajahan Belanda.
Ki Hajar Dewantara adalah pendiri Perguruan Tinggi Taman Siswa yang ada di Yogyakarta. Yaitu suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan kepada masyarakat pribumi untuk mendapatkan hak pendidikan seperti halnya seorang priyayi ataupun orang Belanda, sehingga rakyat mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan.
Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dan wafat pada tanggal 69 April 1959 di Yogyakarta juga. Beliau meninggal pada usia 69 tahun. Setelah wafat, beliau dinobatkan sebagai pahlawan nasional yang ke dua setelah Presiden Ir. Soekarno.
Lafran Pane
Lafran Pane lahir di Padang, Sidempuan pada tanggal 5 Februari 1922. Ada juga yang menyebutkan bahwa beliau lahir pada tanggal 1 April 1923 di Kampung Pangurabaan, Kecamatan Sipirok yang letaknya berada di kaki gunung Sibual buali Ibukota Kota Tapanuli Selatan.
Pahlawan nasional Indonesia ini memulai pendidikannya di Pesantren Muhammadiyah Sipirok yang kemudian dilanjutkan oleh Pesantren K.H Ahmad Dahlan di Kampung Setia dekat dengan Desa Parsominan Sipirok. Beliau juga sebagai salah satu pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang didirikan pada tanggal 5 Februari tahun 1957.
Lafran Pane sendiri memiliki peran yang cukup besar terhadap HPI ini sehingga pada Kongres XI HMI I tahun 1974 yang dilaksanakan di Kota Bogor, dirinya ditetapkan sebagai Pemarkarsa HMI. Lafran Pane wafat pada tanggal 24 Januari tahun 1991.
Laksamana Mala
Laksamana Mala Hayati merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Kesultanan Aceh. Menurut beberapa catatan sejarah yang ada.
Laksamana Mala merupakan seorang laksamana laut wanita pertama di dunia. Beliau merupakan panglima perang di Aceh yang sangat tersohor karena jiwa pemberaninya melawan armada angkatan laut Portugis dan Belanda pada abad ke 16 Masehi.
Laksamana Malahayati ini tidak hanya mahir dalam medan perang tetapi beliau juga cakap dalam melakukan perundingan damai untuk mewakili Sultan Aceh dengan Belanda. Tidak hanya itu saja, Laksamana Malahayati juga menerima Lancaster, duta utusan Ratu Elizabeth 1 di Inggris.
Pahlawan nasional wanita yang sangat hebat ini lahir di Aceh pada tahun 1550 dan wafat tahun 1615. Laksamana Malahayati dimakamkan di Desa Lamreh, Kecamatan Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar.
Mohammad Hatta
Siapa yang tidak kenal dengan nama pahlawan nasional yang satu ini, bapak wakil presiden pertama Indonesia. Mohammad Hatta yang lebih sering dipanggil Bung Hatta ini lahir di Kota Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada tanggal 12 Agustus tahun 1902.
Bung Hatta adalah seorang pejuang yang mendapat gelar Bapak Proklamator, Negarawan, Ekonom dan juga tidak ketinggalan menjabat sebagai wakil presiden pertama Bangsa Indonesia. Bung Hatta bersama Bung Karno memiliki peran yang sangat penting dalam kemerdekaan Bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.
Indonesia yang di proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak lepas dari perjuangan kedua tokoh besar Indonesia ini. Pada saat menjabat sebagai wakil presiden, Bung Hatta menulis sebuah buku tentang koperasi. Karena jasanya ini, Bung Hatta mendapat julukan sebagai Bapak Koperasi.
Pangeran Antasari
Pangeran Antasari adalah pahlawan nasional yang berjuang melawan penjajahan Belanda khususnya yang terjadi di daerah Banjar, Kalimantan Selatan. Pangeran Antasari lahir di Banjar tahun 1797. Pada masa mudanya, Pangeran Antasari memiliki nama lain yaitu Gusti Inu Kartapati.
Tanggal 14 Maret 1862, Pangeran Antasari diangkat sebagai Sultan Banjar dan menyandang gelar Panembahan Amirudin Mukminin yaitu sebagai pemimpin pemerintah, pemuka agama tinggi dan juga panglima perang. Pada tanggal 27 Maret 1968 Pangeran Antasari dianugerahi gelar sebagai pahlawan nasional Republik Indonesia.
Baca Juga Pahlawan Revolusi
Itulah sederetan nama-nama pahlawan nasional Indonesia yang namanya harum sepanjang masa. Dengan mengingat jasa para pahlawan, akan memperdalam rasa cinta terhadap para pahlawan dan semakin semangat dalam melestarikan budaya bangsa serta mengisinya dengan nilai-nilai prestasi yang mengharumkan nama bangsa.