Suku baduy – Indonesia memang terkenal dengan beragam budaya yang sangat unik. Bahkan, kebanyakan budaya yang ada di Indonesia tidak di miliki oleh Negara lain. Nah, berbicara mengenai budaya Indonesia memang tidak akan ada habisnya, karena Indonesia memiliki wilayah yang luas.
Mulai dari Sabang sampai Merauke terdapat beribu-ribu suku bangsa. Dari sekian banyak suku yang ada di Indonesia, salah satu suku yang terkenal yaitu Suku Baduy. Lebih tepatnya suku ini berada di Kabupaten Lebak Banten. Para peneliti Belanda memberikan sebutan Baduy karena masyarakat di dalamnya hidup secara nomaden.
Selain itu, masih ada pendapat lain mengenai nama Suku ini. Mungkin, bagi sebagian orang masih belum tau seperti apa suku Baduy itu. Nah, untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai suku Baduy, simak ulasannya berikut ini.
Keunikan Budaya Suku Baduy
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa nama suku Baduy berasal dari sebutan orang Belanda karena masyarakatnya yang hidup secara nomaden. Namun, asal usul suku Baduy ini terdapat dalam dua versi yang berbeda. Versi yang kedua berpendapat bahwa nama Baduy berasal dari wilayah bagian utara suku ini.
Sedangkan masyarakat sendiri menyebut dirinya sebagai “orang kenekeas” sesuai nama wilayah mereka. Masyarakat Baduy memiliki kepercayaan bahwa orang Kenekeas merupakan keturunan Batara Cikal. Yang mana keturunan ini merupakan salah satu dewa yang turun ke bumi.
Bahkan, asal usul keturunan sering di kaitkan dengan Nabi Adam sebagai manusia pertama yang di ciptakan. Suku Baduy memiliki daya tarik tersendiri yaitu masih menjaga kearifan lokal. Tak heran jika perkampungan suku ini sudah menjadi Wisata budaya.
Hal ini terbukti dengan banyaknya wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi perkampungan Suku Baduy yang masih asli dan alami. Apakah Anda merupakan salah satu orang yang ingin mengunjungi Suku Baduy? Jika benar, kamu perlu mengetahui beberapa fakta unik dari Suku Baduy. Selengkapnya berikut ini ulasannya.
Pu’un
Dalam suku Baduy, terdapat istilah Pu’un. Di Suku Baduy ini Pu’un adalah seorang pimpinan yang menjadi panutan. Bahkan, dalam mengambil keputusan terhadap permasalahan sosial yang ada ada di tangan Pu’un.
Di dalam Suku Baduy sosok Pu’un sangat di hormati, karena memang sudah selayaknya pemimpin harus di hormati. Apapun yang ada pada Suku Baduy, Pu’un yang mengambil keputusan.
Seperti halnya masa tanam dan masa panen, Pu’unlah yang menentukan. Selain itu, Pu’un ini juga yang menetapkan hukum adat yang harus di patuhi oleh masyarakatnya. Bahkan, Pu’un juga berfungsi untuk mengobati penduduk yang sakit.
Budaya Gotong Royong
Indonesia memang memiliki budaya gotong royong, bahkan hampir seluruh daerah yang ada di Indonesia menggunakan budaya gotong royong. Namun, pada kenyataannya, saat ini budaya gotong royong sudah semakin di tinggalkan. Hal ini di sebabkan karena semakin berkembangnya tekhnologi.
Jika kebanyakan masyarakat yang ada di beberapa daerah sudah mulai meninggalkan gotong royong, berbeda dengan Suku Baduy. Suku ini hingga sering masih menggunakan budaya gotong royong dalam berbagai hal.
Biasanya, budaya gotong royong ini akan di terapkan oleh Suku Baduy ketika memindahkan lahan pertanian ke tempat lainnya. Sehingga, budaya pada Suku Baduy ini memang masih kental.
Bentuk Rumah Bukan Penentu Kekayaan
Suku Baduy memang sangat berbeda dengan masyarakat modern. Biasanya, masyarakat modern menganggap orang kaya jika memiliki rumah yang besar. Berbeda dengan Suku Baduy, orang yang kaya dengan orang yang biasa tetap saja memiliki rumah dengan ukuran dan bentuk yang sama.
Namun, tetap saja ada perbedaan antara orang yang kaya dengan orang yang biasa. Perbedaannya terletak pada benda lain yaitu tembikar. Orang kaya yang ada di Suku Baduy memiliki tembikar yang terbuat dari bahan kuningan. Sehingga, semakin banyak tembikar kuningan yang dimiliki.
Maka orang tersebut memiliki derajat yang lebih tinggi atau lebih kaya. Sehingga ketika Anda mengunjungi perkampungan Suku Baduy, tidak akan menemukan bentuk dan ukuran rumah yang berbeda. Karena semuanya sama.
Peralatan Mandi dari Alam
Keunikan lainnya yang terdapat pada Suku Baduy ini yaitu masih menggunakan bahan-bahan alami dalam segala hal. Seperti halnya ketika mandi. Jika pada umumnya masyarakat modern menggunakan sabun, shampoo dan pasta gigi untuk mandi.
Uniknya, Suku Baduy ketika membersihkan diri menggunakan bahan-bahan yang tersedia di alam. Biasanya, masyarakat yang ada di Suku Baduy ini mengganti sabun dengan batu. Layaknya sabun yang di gosok-gosokkan pada kulit, batu ini juga demikian.
Jika pada umumnya membersihkan gigi menggunakan menggunakan odol, Masyarakat Baduy justru menggunakan serabut kelapa. Hal ini di karenakan suku Baduy masih sangat menghargai alam mereka. Sehingga, mereka tidak ingin menggunakan peralatan yang mengandung bahan kimia dan sampah plastik yang akan merusak alam mereka.
Perjodohan Masih Berlaku
Dalam kehidupan modern, perjodohan sudah tidak lagi menjadi hal yang wajar. Ya, meskipun masih seringkali perjodohan ini terjadi. Kebanyakan orang tua modernnya hanya akan memberi restu dan masalah jodoh di serahkan sepenuhnya kepada anak.
Namun, apapun yang tak lazim di masyarakat modern, sangat berbeda dengan masyarakat Suku Baduy. Jika pada umumnya, seorang gadis menikah minimal di usia 17 tahun. Namun seorang gadis yang ada di Suku Baduy ini akan di jodohkan ketika masih usia 14 tahun.
Nah, biasanya selama proses perjodohan ini, orang tua laki-laki dari Suku Baduy ini bebas memilihkan wanita untuk anaknya. Namun, jika tidak ada yang cocok, pilihan Pu’un menjadi solusinya dan tak boleh terbantahkan.
Kehidupan di Suku Baduy ini memang lebih banyak mematuhi keputusan dari Pu’un atau pemimpin. Karena masyarakat Suku Baduy memang masih kental dengan adatnya.
Larangan Berkunjung Selama 3 Bulan
Umat Islam memang sudah biasa dengan berpuasa. Namun, uniknya Suku Baduy ini berpuasa selama 3 bulan berturut-turut, padahal Suku Baduy tidak menganut agama Islam.
Namun, puasa pada Suku Baduy ini di kenal dengan istilah Kawulu. Uniknya lagi, ketika Suku Baduy ini melaksanakan Kawulu selama 3 bulan, tidak ada satupun masyarakat luar yang boleh mengunjungi perkampungan Suku Baduy Dalam.
Namun, masyarakat luar masih boleh mengunjungi perkampungan Baduy luar dengan syarat tidak boleh menginap. Kawulu bagi masyarakat Baduy di anggap sebagai kegiatan yang sakral, sehingga selama 3 bulan tersebut tidak boleh di ganggu oleh masyarakat luar.
Kegiatan yang di lakukan oleh Suku Baduy selama masa Kawulu yaitu memanjatkan doa kepada nenek moyang agar selalu diberi keselamatan dan diberi panen yang berlimpah untuk kedepannya.
Ayam Menjadi Makanan yang Mewah
Ayam sudah menjadi makanan sehari-hari bagi masyarakat modern. Hal ini di karenakan ayam memiliki kandungan protein yang tinggi. Namun, kebiasaan makan ayam bukan menjadi kebiasaan Suku Baduy.
Meskipun di Suku ini terdapat banyak orang yang memelihara ayam, namun mereka hanya akan menyembelih ayam di hari tertentu saja. Ketika kamu berkunjung ke perkampungan Suku baduy ini, kamu akan sering menjumpai ayam yang berkeliaran.
Umumnya, masyarakat Suku Baduy akan menyembelih ayam di acara adat dan pernikahan. Meski ayam sangat melimpah, namun Ayam merupakan makanan mewah bagi masyarakat Suku baduy.
Warna Pakaian
Suku Baduy terbagi menjadi dua yaitu Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam. Dari keduanya memiliki perbedaan, khususnya pada warna pakaian. Biasanya, orang Suku Baduy luar akan menggunakan pakaian polos berwarna hitam.
Baca Juga: Rumah Adat Jawa Barat
Sedangkan, untuk orang di Suku Baduy Dalam menggunakan pakaian polos berwarna putih. Uniknya lagi, Suku Baduy Dalam ini menggunakan ikat kepala berwarna putih.
Budaya Berjalan Kaki
Kebanyakan orang Indonesia memang sangat malas untuk berjalan kaki. Sehingga tak heran jika kendaraan bermotor atau mobil semakin banyak. Namun, untuk Suku Baduy, jalan kaki sudah menjadi budaya. Bahkan, pergi kemanapun orang dari Suku Baduy akan lebih suka berjalan kaki.
Seperti halnya ketika ingin menjual hasil panen atau mengunjungi saudara di kota, mereka akan lebih memilih berjalan kaki. Hal ini tentu saja memberikan dampak negatif pada alam di sekitarnya, karena masih terjaga alami.
Perabotan Sederhana
Suku Baduy memang lebih banyak memanfaatkan alam sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti halnya perabotan rumah. Jika masyarakat modern ketika makan menggunakan piring atau gelas dari kaca, Suku baduy ini memanfaatkan potongan bambu untuk gelas dan daun untuk piringnya.
Cara menikmati hidup dari Suku Baduy ini berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Mereka lebih memilih hidup tenteram dengan alam. Dengan kata lain, budaya yang di gunakan Suku ini menggambarkan bahwa bahagia itu sederhana.
Maka dari itu, bagi Anda yang ingin berkunjung ke Suku Baduy, tetaplah sopan dan jangan melanggar hukum yang sudah berlaku. Selain itu, jangan membuang sampah sembarangan, karena alam adalah segalanya bagi Suku Baduy.
Itulah ulasan lengkap mengenai fakta unik dari Suku Baduy. Dengan keunikannya, tak heran jika banyak wisatawan yang mengunjunginya. Selain alamnya yang masih terjaga, suku ini masih menjaga adat istiadat yang ada. Semoga ulasan ini memberikan pengetahuan baru bagi kita.