Contoh AutoBiografi – pengertian Autobiografi adalah tulisan mengenai gambaran tentang kejadian-kejadian yang di alami oleh seseorang dalam hidupnya yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadinya yang di tulis oleh individu itu sendiri. Jadi, autobiografi merupakan biografi yang ditulis sendiri oleh yang bersangkutan.
Autobiografi hampir sama dengan biografi. Perbedaannya hanya terletak pada siapa yang menulis nya. Jika autobiografi itu di tulis sendiri oleh orang yang bersangkutan. Berbeda dengan biografi yang di tulis oleh orang lain. Fungsi kedua teks ini sama- sama bertujuan untuk memberikan informasi kepada si pembaca.
Berikut beberapa contoh autobiografi sebagai berikut.
Contoh Autobiografi Panjang
Nama saya Zainatul Istiana Ulfa, namun biasa di panggil Uul. Saya anak terakhir dari 3 bersaudara. Kakak pertama daya laki – laki dan kakak kedua saya perempuan. Saya lahir di sebuah kampung yang bernama Wediombo pada 21 Mei 2002. Saya di besarkan oleh kedua orangtua saya disana dengan penuh kasih sayang dari orang -orang di sekitar saya.
Ayah saya bernama Sulaiman Lubis, sedangkan Ibu saya bernama Siti Rahmah Wati. Ayah saya bekerja sebagai karyawan di salah satu pabrik di kabupaten, sedangkan ibu adalah seorang penjahit di desa kami. Saat ini saya duduk di bangku kelas sebelas (XI) di SMK negeri di daerah kami dengan mengambil keahlian Teknik Komputer dan Jaringan(TKJ).
Jarak kelahiranku dan kedua kakakku memang terbilang jauh. Kakak yang pertama lahir pada tahun 1988, kakak yang kedua lahir pada tahun 1993, sedangkan saya lahir pada tahun 1997.
Kakak pertama saya bernama Zaenul Bakri yang saat ini bekerja sebagai guru. Kakak kedua ku, bernama Alifia Zaeni Purbaningtyas saat ini menjalani sekolah Strata Dua (S2) di salah satu universitas di kota Jogja. Kakak pertama ku menikah dengan seorang perempuan yang bernama Naela Syafataini yang juga berprofesi sebagai guru di sekolah yang sama dengan kakak saya. Dari pernikahan tersebut, kakak dan istrinya di karuniai satu orang anak yang saat ini berusia 2 tahun. Laela Qomariyah, itulah nama anak mereka yang sekaligus adalah keponakan ku.
Kakak ku dan istrinya tinggal di rumah yang tidak jauh dengan tempat tinggal ku dan orang tua. Hanya berjarak sekitar 2 kilo meter. Seringkali aku berkunjung ke rumah kakak ku dan istrinya walau hanya sekedar meminta es krim rasa coklat. Kakakku yang kedua, pernah akan menikah ketika lulus dari strata satu (S1) namun pernikahan itu tidak jadi di laksanakan dikarenakan suatu hal yang menghalangi pernikahan tersebut. Hingga akhirnya kakak ku memutuskan untuk melanjutkan pendidikan nya, dan sampai saat ini belum ada rencana untuk menikah.
Aku di besarkan oleh keluarga yang bukan berasal dari keturunan darah biru. Ayah dan ibu ku berasal dari keluarga sederhana yang mana orangtua beliau atau kakek nenek ku adalah seorang petani. Namun, dengan kehidupan yang sederhana ini kami tidak pernah merasa malu atau gengsi karena banyaknya harta tidak akan bisa membeli kebahagiaan.
Meskipun dari keluarga sederhana, ayah dan ibu mampu membiayai sekolah anak- anaknya sampai jenjang perguruan tinggi. Kami tidak pernah meminta apapun yang kami rasa kurang penting. Ayah dan ibu senantiasa mengasihi kami dan selalu memberikan yang terbaik untuk anak- anaknya. Kami tidak tahu harus membalas seberapa besar untuk ketulusan mereka selama ini. Kami sangat menyayangi mereka, lebih. Mereka lah yang mengenal kan pada kami betapa indah hidup dan banyak hal yang mesti kami syukuri. Saya tidak pernah menyesal hidup sederhana karena selalu ada mereka yang tidak pernah berhenti men- support kami.
Saya mempunyai hobi menggambar atau melukis. Setiap hari selalu kusempatkan tanganku untuk memberikan curahan pada kertas. Meskipun masih terlihat amatir, namun saya selalu melakukannya. Saya percaya bahwa sesuatu yang di lakukan dengan bersungguh -sungguh maka tidak akan memberikan hasil yang sia – sia. Selain itu saya juga mempunyai hobi bermain basket. Di sekolah kami, ada grub basket yang beranggotakan para siswi dan saya tergabung dalam kelompok tersebut. Setiap hari Jum’at dan Sabtu sore, kami selalu melakukan latihan di lapangan basket sekolah. Ayah, ibu, serta kakak- kakak selalu mensupport semua hobbi saya. Saya tidak pernah menyesal dan selalu berlatih dengan sungguh- sungguh.
Di hari Minggu, saya biasanya membantu ibu menyelesaikan orderan menjahitnya.meskipun hanya sekedar membantu memasangkan kancing atau hal hal ringan yang lain. Karena saya belum bisa membantu menjahit pakaian dengan mesin, namun setidaknya sedikit membantu pekerjaan ibu menjahit.
Ayah dan ibu merupakan orang yang taat agama. Mereka selalu mengingat kan kami untuk sholat, puasa, untuk menyisihkan uang saku kami untuk infak, atau melakukan ibadah – ibadah yang lain. Pernah suatu hari, ketika saya sedang asyik bermain, saat itu saya masih duduk di kelas dua SMP. Saya tidak sholat Dhuhur karena saya berfikir untuk melakukannya nanti saja saat saya fikir waktunya masih lama. Namun ternyata saya terlena karena keasyikan bermain. Hingga tiba waktu ashar saya belum juga menunaikan sholat Dhuhur. Ketika ayah bertanya pada saya apakah sudah sholat dhuhur, saya hanya diam. Tentu ayah tahu bahwa saya belum sholat, lantas ayah langsung menasehati saya dengan panjang lebar.ketika itu saya sangat merasa bersalah, karena memang ayah sudah mengingatkan saya untuk sholat ketika bermain. Sejak kecil, ayah dan ibu memang selalu mengajari kami untuk melaksanakan sholat dimanapun kami berada. Ayah dan ibu menancapkan betul – betul nasehat itu.
Setiap magrib, ayah selau menyempatkan waktu untuk mengajari mengaji anak- anaknya, selain itu atau juga mengajarkan ilmu ilmu agama yang lain. Kalau saja ayah tak memaksa kami belajar agama, mungkin sekarang saya sudah mengikuti pergaulan dan gaya hidup remaja umumnya. Saya selalu bersyukur, karena di lahirkan dalam keluarga sangat hebat
Saya mulai masuk sekolah dasar (SD) pada tahun 2008 yang mana ketika itu saya berusia 6 tahun. Yang mengantarkan saya ke sekolah dasar untuk pertama kalinya adalah kakak saya yang pertama. Dimana pada saat itu kakak saya sedang libur semester kuliah. Kakak sayam memang orang yang selalu berambisi untuk mencari ilmu. Di selalu berpesan untuk tidak membuang- buang waktu hanya untuk bermain. Ketika kakak tidak ada kegiatan, kakak selalu menyempatkan untuk mengajari saya mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yamg saya bawa dari sekolah. Lebih seringnya kakak selalu bercerita tentang dongeng – dongeng yang selalu membuat saya senang mendengar ceritanya. Saya tidak pernah bosan mendengarkannya. Dia adalah pendongeng yang sangat menarik.
Pada tahun 2014 saya lulus dari bangku Sekolah Dasar (SD). Ayah mengajak ku untuk mendaftar di SMP Negeri 2 di kecamatan. Dan memang untuk urusan memilih sekolah saya selalu menurut ayah, karena ayah pasti lebih tahu mana sekolah yang cocok dan baik untuk saya. Saat itu, kakak saya yang pertama sudah bekerja menjadi guru di salah satu sekolah. Sedangkan kakak saya yang kedua saat itu sedang menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) nya.
Dikarenakan kakak kedua mengambil pendidikan di luar kota, menjadikan kami sangat jarang bertemu. Kakak selalu pulang sebulan sekali. Kakak saya sangat beruntung karena mendapat beasiswa untuk menyelesaikan kuliahnya. Yang mana ini menjadi meringankan beban ayah dan ibu. Kedua kakak saya memang sama- sama orang yang tidak ingin menyusahkan ayah dan ibu. Saya bangga mempunyai kakak seperti mereka. Mereka seperti ayah dan ibu, selalu hebat.
Pada tahun 2015, kakak pertama saya menikah dengan perempuan yang juga berprofesi sebagai guru di sekolah yang sama. Kakak ipar saya merupakan seorang wanita cantik yang selalu di balut dengan jilbab. Kebetulan kakak ipar saya bukan berasal dari luar kabupaten. Dia orang baik, meskipun sedikit cerewet. Empat (4) bulan setelah menikah, kakak bisa membeli rumah dari tabungannya. Kakak memang memilih rumah yang tidak jauh dari rumah ayah dan ibu, dan memang tidak juh dari sekolah tempat kakak saya dan kakak ipar mengabdi menjadi guru. Meskipun sudah menikah, kakak saya tidak berubah. Dia tetaplah kakak yang selalu baik.
Pada tahun 2017, saya lulus dari SMP. Alhamdulillah, karena doa ayah ibu, dan saudara -saudara saya dapat lulus dengan nilai terbaik di sekolah. Pada tahun itu, sebenarnya kakak kedua saya melaksanakan pernikahan nya tepat satu hari setelah kelulusan saya dari Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun, suatu hal terjadi hingga akhirnya pernikahan kakak saya tidak jadi berlangsung. Hal itu membuat kakak saya sedih. Namun bagaimanapun kakak saya masih punya masa depan yang harus di wujudkan. Ayah dan ibu selalu menenangkan kakak. Kemudian kakak memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya. Kakak mencari info info tentang beasiswa. Kemudian kakak mendaftar beasiswa LPDP dan di terima. Kakak melanjutkan pendidikan strata dua (S2) nya di Jogja.
Dua minggu setelah pengumuman kelulusan adalah pengumuman di terimanya di SMA negeri 1 di Kabupaten. Dan saat kth saya memamg mendaftar dan mengikuti tes masuk SMA negeri 1 atas perintah ayah. Namun alhasil, saya belum di terima di sekolah tersebut. Awalnya, saya merasa sedih karena tidak di terima karena hal itu menyebabkan saya harus masuk di sekolah swasta dimana biaya yang di perlukan untuk masuk sekolah swasta tidaklah sedikit jika di banding sekolah negeri. Namun ayah selalu menghibur ku dan tanpa sepengetahuan ku, ternyata ayah mendaftarkan saya ke SMK Negeri yang ternyata masih membuka gelombang terakhir.
Satu hari sebelum tes di laksanakan, ayah memberitahu ku untuk belajar karena esok akan melaksanakan tes di salah satu sekolah namun ayah tidak memberitahu saya dimana saya didaftarkannya. Saya belajar sungguh- sungguh karena tidak mau mengecewakan ayah dan ibu yang selalu berjuang demi kami anak- anaknya. Dua minggu setelah tes, ayah mengambilkan hasil dari tes tersebut. Ketika ayah pulang, ayah langsung memberikan selamat karena ternyata saya di terima di sekolah tersebut. Ayah dan ibu sangat senang, karena saya di terima di sekolah negeri.
Hari pertama masuk sekolah, saya sangat bersemangat, saya ingin seperti kedua kakak saya, oleh karena itu saya harus bersemangat. Meskipun dengan teman baru, saya berusaha untuk akrab dengan mereka. Hingga satu tahun berlalu. Setelah ini, adalah kenaikan kelas. Saya sangat senang. Namun hingga suatu hari saya terbangun dan mendengar percakapan ayah ibu, yang ternyata sedang membicarakan masalah ekonomi keluarga yang sedang kering, karena uang yang ayah dapat digunakan untuk berobat kakek dan orderan jahitan ibu sedang sepi- sepinya. Sempat saat itu saya berfikir untuk tidak melanjutkan sekolah, karena saat itu saya juga diharuskan membayar daftar ulang sekolah. Sempat saya berbicara kepada ibu untuk saya tidak melanjutkan sekolah. Ibu malah memarahi saya bahwa saya harus tetap sekolah. Tentu saya sangat sedih, dan sekalipun ibu tidak pernah menampakkan kesedihannya di depan saya.
Hingga suatu hari, ayah pulang dari bekerja dengan wajah sumringah. Ternyata ayah telah dinaikkan pangkat oleh pemilik pabrik karena kerja ayah tidak pernah buruk. Saya sangat bersyukur mendengar hal tersebut. Hingga saat ini saya masih bisa melanjutkan sekolah, saya sangat bersyukur. Ayah memang sosok yang hebat.
Contoh Autobiografi Tokoh
Ahmad Warson Munawwir atau yang biasa di panggil kiai Warson, merupakan salah satu putra dari KH. M. Munawwir yang merupakan salah satu kiai termasyhur. Kiai Warson lahir pada 30 Nopember 1934. Ayah Kiai Warson, yaitu Kiai Munawwir merupakan pemegang mata rantai sanad Al Qur’an dari Rasulullah SAW.
Beliau menguasai tujuh variasi bacaan Al Qur’an atau qira’ah sab’ah. Para santri dan muridnya yang tersebar lhas di berbagai daerah membuatnya terkenal sebagai mahaguru Al Qur’an di tanah air. Kiayi Warson lahir setelah 24 tahun di bukanya Pondok Pesantren Krapyak yang mana pesantren ini di didirikan pada tahun 1910. Kiai Warson lahir dari jalur istri kedua KH. Munawwir yaitu Hj. Sukis.
Usia delapan tahun, kiai Warson menjadi yatim piatu setelah wafat ayahanda KH. M. Munawwir. Kiai Warson kemudian menimba ilmu di rumah sendiri dalam asuhan kakak ipar sekaligus guru yaitu Kiai Ali Ma’shum. Ketika berumus 11 tahun, Kiai Warson mulai mengajar di Pondok pesantren Krapyak hingga tahun 1981 dalam usia kurang lebih 47 tahun.
Kiai Warson menikah pada usia 36 tahun tepatnya pada tahun 1970. Beliau menikahi Nyai Hj, Khusnul Khotimah yang berasal dari Purworejo. Secara garis keturunan, kiai Warson dan Nyai Khusnul Khotimah masih satu garis keturunan. Usia kiai Warson dan Nyai Khusnul Khotimah terpaut 16 tahun. Dari pernikahan beliau, beliau dianugerahi seorang putra dan puteri yang di beri nama H. Muhammad Fairuz dan Hj. Qorry Aina.
Sekitar tahun 1957 ketika kiai Warson berusia 23 tahun, kiai Warson mulai menyusun kamus Arab- Indonesia yang di kenal dengan kamus Al Munawwir. Pada tahun 1972, kamus Al Munawwir telah selesai di tulis. Kamus itu bertebalkan 1591 halaman. Kamus ini merupakan hasil kerja keras Kiai Warson dalam penyusunannya. Saat ini kamus tersebut telah menyebar luas bukan hanya di dalam negeri bahkan di luar negeri juga.
Contoh Autobiografi Anak SMA
Namaku Ikhsan Mahbub Ali. Itulah nama yang diberikan kedua orang tuaku pada seorang bayi merah yang lahir pada 26 Maret 1999. Aku biasa di panggil bobi oleh orang- orang di sekitarku. Ayah seorang nelayan yang bernama Suhadi. Ibu bernama Fatma Isaroh yang setiap paginya berjualan ikan di pasar. Aku adalah satu- satunya anak laki- laki di keluarga kami dan memang aku adalah anak tunggal. Aku lahir dan di besarkan di sebuah daerah di pesisir pantai .
Tempat itu menyimpan berjuta cerita tentang ku dan kehidupan ku. Aku bukan berasal dari keluarga berada. Namun dengan hasil berlayar ayah dan ibu yang berjualan di pasar, semua itu dapat mencukupi biaya kebutuhan kami sehari- hari. Setiap sepulang sekolah aku selalu membantu ayah menyiapkan apa saja yang di butuhkan untuk berlayar sembari bermain – main.
Aku masuk sekolah dasar ketika berusia enam (6) tahun, yakni pada tahun 2005. Jarak antara rumah dengan sekolah terhitung cukup jauh, karena harus menempuh perjalanan 6, 5 kilometer dan membutuhkan waktu kurang lebih 25 menit untuk sampai di sekolah dengan menggunakan sepeda. Setiap paginya, temanku selalu menjemput ku untuk berangkat ke sekolah dengan menggunakan sepeda uniknya yang dia dapatkan dari ayahnya.
Aku bukan sosok murid yang tergolong pandai, bahkan aku adalah murid yang mempunyai kemampuan rata- rata. Namun beruntung nya, ayah dan ibu tidak pernah memaksa ataupun memarahi aku karena tidak pernah mendapat peringkat 5 besar di kelas. Mereka selalu mendukungku dan selalu menemaniku ketika aku harus belajar. Hingga pada tahun 2011 akhirnya aku lulus dari sekolah dasar bersama teman temanku yang lainnya.
Suatu hal yang tak pernah ku duga sebelumnya terjadi di hari kelulusan ku. Aku di panggil naik ke panggung untuk mendapatkan piagam penghargaan sebagai siswa dengan nilai terbaik ke- tiga. Meskipun tidak menjadi yang terbaik, menjadi yang nomor tiga pun itu sangat istimewa untuk ku. Karena selama ini aku tidak tergolong dalam siswa yang pandai. Semua ini adalah karena do’a dari kedua orang tuaku yang tak pernah berhenti mendoakan aku.
Setelah lulus sekolah dasar, aku melanjutkan di sekolah menengah yang tak jauh dari sekolah dasarku. Setelah masuk di sekolah menengah, aku mulai menyukai bidang olah raga bulu tangkis. Dari mata pelajaran penjaskes itu, aku mulai menekuni olah raga tersebut. Aku sering ikut latihan bulu tangkis dj luar jam mata pelajaran penjaskes tersebut. Ketika di rumah pun aku biasanya mengajak ayah untuk bermain denganku. Tentu saja itu kami lakukan ketika ayah belum berangkat melaut. Aku membeli raket dari uang saku yang aku tabug yang di berikan jbu ketika hendak berangkat ke sekolah. Sesekali, ketika hari libur, aku membantu ayah melalut. Ayah selalu mengajariku tehnik yang benar sebagai nelayan. Aku tidak pernah malu dengan keadaan ayahku yang sebagai nelayan.
Ketika mulai masuk di kelas akhir, yaitu kelas sembilan. Aku membaca pengumuman diadakan nya lomba bulu tangkis tingkat kabupaten. Dimana hadiahnya adalah beasiswa masuk di SMA favorit di kabupaten. Sempat terfikir untuk aku ikut lomba tersebut, toh jika aku bisa menang tentu akan meringankan biaya kedua orang tua ku untuk sekolahku ke SMA. Karena untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun sebelum mendadtar lomba tersebut, tentunya aku meminta izin kepada ayah dan ibu, dan ternyata mereka langsung memberikan aku izin. Esoknya aku langsung mendaftar kepada guru penjaskes kami, dan ternyata masih diadakan seleksi siapa saja yang berhak mengikuti lomba tersebut.
Setelah seleksi dilakukan, hasil pengumuman ditempel pada papan pengumuman sekolah. Delapan orang yang terpilih akan mewakili sekolah kami untuk mengikuti kompetisi tersebut. Dan ternyata nama saya ada di urutan. Nomor delapan, yang artinya saya lolos seleksi. Kompetisi dilakukan satu setengah bulan lagi dan kami terus berlatih.
Akhirnya hari itu berlangsung dan hal yang tidak ku sangka, aku bisa memenangkan kompetisi tersebut. Guru- guru ku sempat terheran, karena memang ada teman ku yang sangat jago. Orang tuaku adalah orang yang paling percaya bahwa aku akan menjadi pemenangnya. Dan itu memang benar terjadi.
Setelah lulus, aku benar-benar melanjutkan di SMA favorit yaitu SMA Negeri 1. Ayahku membelikanku motor untuk aku sekolah, karena jaraknya memang cukup jauh. Ternyata ayah selama ini memang mengumpulkan uang untuk membelikanku motor untuk akses aku sekolah. Mungkin ini nukana motor yang tergolong sangat bagus. Karena memang aku yang menginginkan motor jni dari dahulu. Semenjak SMA, aku mulai jarang membantu menyiapkan peralatan ayaah ketika melaut, karena memang waktu sekolah yang lebih panjang karena di tambaha dengn ekstrakulikuler. Karena itu, aku menyempatkan ketika liburan untuk membantu ayah.
Saat ini aku duduk di kelas sebelas (dua SMA), dan aku di ajukan menjadi kandidat ketua OSIS. Awalnya aku tak menyetujui nya, namun karena ini merupakan perintah dari WAKA Kesiswaan, mak aku menurutinya. Dan hal yang mengejutkan, aku terpilih menjadi ketua OSIS di sekolah kami.
Dan jni benar- benar suatu hal yang tak terduga. Karena tidak pernah terfikir oleh ku sebelumnya jika aku bisa terpilih menjadi ketua OSIS. Ini pengalaman pertama menjadi bagian inti di suatu organisasi. Memang sebelumnya aku ikut organisasi, namun tidak pernah menjadi bagian inti. Dengan menjadi ketua OSIS ini, aku harus bertanggung jawab dengan apa yang telah diamanahkan kepadaku. Ayah ibu selalu mendukungku dan berpesan untuk bertanggung jawab dan melakukan tugas dengan sungguh-sungguh.
Contoh Autobiografi Diri Sendiri yang Menarik
Nama saya Celline Andita Pratiwi. Teman- teman biasa memanggil saya dengan nama Dita. Saya lahir dan di besarkan oleh ayah dan ibu saya di desa yang bernama Sewon pada 22 Agustus 2003. Ayah saya adalah seorang guru penjaskes yang bernama Sutrisno, sedangkan ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga yang bernama Zaenab. Saya di lahirkan dari dua bersaudara sementara saya adalah anak terakhir.
Saya mulai masuk sekolah di TK Dharma Wanita pada tahun 2008. Itu merupakan sekolah pertama saya. Kala itu saya memasuki usia lima tahun. Dan lulus dri TK ktika umur 2010 ketika usia saya mendekati tujuh tahun. Hal selalu saya ingat ketik a belajar di TK adalah keseruan bermain bersama teman- teman. Pada tahun setelah saya lulus TK, saya melanjutkan sekolah di MI Miftahul Huda. Saya lulus dari bangku Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2016. Ketika di sekolah dasar saya mulai suka menari. Setiap ada perlombaan tari, saya selalu di ajukan untuk mengikuti lomba tersebut untuk mewakili sekolah kami. Saya pernah tiga kali memenangkan lomba tari tingkat kabupaten. Hal ini menjadi prestasi saya semasa SD.
Setelah lulus SD, saya melanjutkan sekolah di MTs Negeri Sewon. Masuk ke sekolah baru, aku menemukan banyak teman baru dan ternyata ada yang jago menari. Ketika ada waktu luang, kami menyempatkan diri untuk menari bersama. Dengan senang hati dia mengajari tari yang belum aku kuasai. Aku belajar banyak darinya. Dan saat ini, aku duduk di kelas VIII (delapan) yang artinya berarti tahun depan aku akan menghadapi ujian nasional (UN). Mulai dari sini aku harus lebih bersungguh- sungguh dalam belajar. Karena aku tidak ingin mengecewakan pihak yang selama ini selalu bekerja keras memperjuangkanku, terutama ayah dan ibu.
Contoh Autobiografi Pahlawan
Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat dan lebih di kenal dengan R.A Karini adalah seorang wanita yang lahir di Rembang, pada 21 April 1879. Ayah beliau bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan ibu beliau bernama Ngasirah. R.A Kartini mempunyai sepuluh saudara kandung dan saudara tiri, diantaranya adalah R.M Slamet Sosroningrat, P. A Sosrobusoni, R.A Roekmini, R.A Soelastri, R.A Kardinah, Drs. R.M.P Sosrokartono, R.M Muljono, R.A Kartinah, R. M Rawito, R. M Soemarti.
R.A Kartini disekolahkan oleh ayahnya di Europese Lagere School (ELS) sampi berumur 12 tahun. R.A Kartini juga belajar bahasa Belanda di sekolah tersebut. Karena keadaan kebiasaan adat, setelah sekolah R.A Kartini harus dipingit atau tinggal di rumah saja.
R.A Kartini tertarik dengan pola pikir perempuan di Eropa semenjak surat menyurat dengan temannya yang berada di Belanda dan membaca majalah ataupun surat kabar darinya. Dari situ Kartini merasa bahwa perempuan di pribumi masih sangat tertinggal. Oleh karena itu Kartini berusaha memajukan kedudukan perempuan pribumi.
Kartini dinikahkan oleh ayahnya ketika usia 24 tahun dengan seorang bangsawan yang bernama K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang saat itu menjabat sebagai bupati Rembang. R.A Kartini Wafat beberapa hari setelah melahirkan anak pertamanya yang lahir pada tanggal 13 September 1904 dan di beri nama Soesalit Djojoadhiningrat. Beliau di makamkan di desa Bulu kabupaten Rembang.
Sangat banyak sekali jasa R.A Kartini dalam memajukan bangsa terutama perannya terhadap wanita pribumi.
Sekian beberapa contoh tentang autobiografi. Semoga artikel ini bisa menjadi referensi yang baik dan mempermudah dalam pembuatan autobiografi. Semoga bermanfaat.