Sejarah Kerajaan Demak: Raja, Letak, Peninggalan, Kehidupan, Lokasi

Sejarah kerajaan Demak – Bagi Anda penduduk pulau Jawa mungkin sudah tidak asing lagi dengan keberadaan Kerajaan Demak bukan? Kerajaan yang berdiri pertama kali di Tanah Jawa ini masih bisa Anda nikmati beberapa peninggalannya hingga saat ini. Menariknya, kerajaan ini menjadi salah satu kerajaan yang menjadi titik awal berdirinya bangsa Indonesia.

Selain itu, kerajaan ini menjadi kerajaan pertama sebagai kerajaan Islam yang berada di tanah Jawa. Raja-rajanya pun beragama Islam. Menjadi salah satu dari sekian banyak kerajaan di tanah Jawa yang menjadi tonggak penyebaran agama Islam di Jawa dan Indonesia.

Penasaran seperti apa sejarah tentang Kerajaan Demak? Tidak ada salahnya untuk belajar sejarah terutama sejarah atas bangsa sendiri. Karena akan selalu ada hikmah yang bisa diambil untuk bisa dijadikan pelajaran di masa depan. Salah satunya adalah mempelajari tentang sejarah lengkap Kerajaan Demak, silsilah, masa Kejayaan hingga runtuhnya Kerajaan Demak.

Sejarah Asal Mula Berdirinya Kerajaan Demak

sejarah asal mula berdirinya kerajaan demak

Berbicara tentang sejarah berdirinya Kerajaan Demak tidak bisa dipisahkan dengan para Walisongo, yaitu para mubaligh yang kala itu  memiliki misi untuk menyebarkan ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam proses penyebaran dan perkembangan agama Islam di tanah Jawa, para mubaligh tersebut telah membuat pusat kegiatan berada di Kota Demak.

Atas dukungan yang diberikan oleh Walisongo tersebut, terutama oleh perintah Sunan ampel, maka Raden Fatah ditunjuk untuk mengajarkan agama Islam dan membuka sebuah pesantren yang berada di glagah wangi. Tidak lama dari itu, tempat ini pun banyak dikunjungi oleh masyarakat.

Tidak hanya untuk menimba ilmu agama dan ilmu pengetahuan lainnya, melainkan untuk melakukan perdagangan. Lama kelamaan Glagah Wangi berubah menjadi pusat ilmu pendidikan dan pusat perdagangan masyarakat. Dan menjadi pusat kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa.

Kerajaan ini didirikan oleh Raden Fatah atas dukungan dan restu oleh Para Walisongo. Diperkirakan kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1478 M. Sebelum menjadi Kerajaan Demak, awalnya kawasan ini merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit pada masa Brawijaya V. kala itu, Demak merupakan sebuah kadipaten yang lebih dikenal dengan nama “Glagah Wangi” yang menjadi wilayah dari Kadipaten Jepara.

Pada kala itu, merupakan satu-satunya kadipaten yang memiliki adipati yang beragama Islam. Namun setelah kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, Demak mulai memisahkan diri dari Ibu kota Bintoro. Yang kemudian oleh Raden Fatah Kerajaan Demak didirikan atas restu dan dukungan para walisongo.

Tidak membutuhkan waktu yang lama Kerajaan Demak mampu menjadi pusat perdagangan beserta pusat pendidikan. Banyak orang berdatangan untuk melakukan perdagangan dan menuntut ilmu. Hal ini tidak terlepas dari lokasi Demak yang sangat strategis. Yaitu diapit oleh pelabuhan kerajaan Mataram Kuno dan pelabuhan Jepara. Karena lokasi inilah membuat Demak menjadi salah satu kerajaan yang cukup berpengaruh di Nusantara.

Berdirinya Kerajaan Demak ditandai dengan adanya condro sengkolo “Sirno Ilang Kertaning Bumi”. Sinangkelan Kerajaan Demak yaitu “Geni Mati Siniram Janmi” yang memiliki arti tahun soko 1403 atau 1481 M. Menurut cerita Rakyat, pada saat berkunjung ke Glagah Wangi orang pertama yang dijumpai oleh Raden Fatah adalah Nyai Lembah. Nyai Lembah ini berasal dari Rawa pening.

Atas saran yang diberikan oleh Nyai Lembah ini, Raden Fatah bermukim di desa Glagah wangi yang saat ini lebih dikenal dengan nama “Bintoro Demak”. Pada perkembangannya, bintoro Demak inilah yang menjadi ibu kota Negara Kerajaan Demak.

Adapun asal usul Kota Demak ada beberapa pendapat yang menyatakan. Beberapa pendapat tersebut antara lain adalah:

  1. Menurut Prof. Purbotjaroko, Demak berasal dari kata Delemak. Yang artinya tanah yang mengandung air ( rawa)
  2. Menurut Prof. R.M. Sutjipto Wiryosuparto, Demak berasal dari bahasa kawi yang artinya pegangan atau pemberian.
  3. Menurut Sholichin salam dalam bukunya “sekitar walisongo “ menyatakan bahwa prof. Dr.Hamka berpendapat , Kota Demak adalah berasal dari bahasa arab “ Dimak” yg artinya air mata . menggambarkan kesulitan dalam menegakkan Agama Islam pada waktu itu.

Lokasi Kerajaan Demak

lokasi kerajaan demak

Secara geografis Kerajaan Demak merupakan bagian dari wilayah Jawa tengah. Pada awalnya Kerajaan Demak ini merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang bernama Bintoro. Atas bantuan bupati Pesisir Jawa Tengah dan Jawa  timur Kerajaan Demak berdiri.

Raja pertama dari Kerajaan Demak kala itu adalah Raden Fatah yang memiliki ibu yang beragama Islam yang berasal dari Jeumpa Pasai. Letak Kerajaan Demak ini sangat strategis yaitu diapit oleh dua pelabuhan besar yakni Pelabuhan Jepara dan Pelabuhan Kerajaan Majapahit Kuno.

Selain itu, Kerajaan Demak juga berada pada tepi selat antara Gunung Muria dan Jawa. Sebelumnya selat tersebut memiliki ukuran yang besar yang memisahkan antara semarang  menuju Rembang. Kerajaan Demak juga memiliki lokasi yang strategis untuk pertanian dan juga perdagangan.

Sedangkan berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, ada beberapa hal yang disampaikan mengenai letak lokasi Kerajaan Demak. Diantaranya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh IAIN Walisongo atau yang sekarang menjadi UIN Walisongo semarang Jawa Tengah pada tahun 1974 M tentang Bahan-bahan sejarah Islam di Jawa Tengah bagian utara.

Beberapa pendapat mengenai letak Kesultanan Demak yaitu sebagai berikut:

  1. Pertama : Bahwa bekas kesultanan Demak itu tidak ada. Dengan keterangan bahwa raden Patah mulai menyebarkan agama Islam di Demak adalah semata-mata untuk kepentingan agama Islam.

Pendirian masjid Demak bersama para Walisongo merupakan lambang Kesultanan Demak. Adapun tempat kediaman Raden Patah bukan berupa istana yang megah, tetapi sebuah rumah biasa yang letaknya diperkirakan sekitar stasiun Kereta Api sekarang, tempat itu dinamakan “Rowobatok “

  1. Kedua : Bahwa pada umumnya letak masjid tidak terlalu jauh dari istana. Diperkirakan letak Keraton Demak berada ditempat yang sekarang didirikan Lembaga Pemasyarakatan (sebelah timur alun-alun). Dengan alasan bahwa pada zaman kolonial ada unsur kesengajaan menghilangkan bekas kraton.

Pendapat ini didasarkan atas adanya nama-nama perkampungan yang mempunyai latar belakang historis. Seperti nama: Sitihingkil (Setinggil), Betengan, Pungkuran, Sampangan dan Jogoloyo.

  1. Ketiga : Bahwa letak keraton berhadap-hadapan dengan Masjid Agung Demak, menyebrangi sungai dengan ditandai oleh adanya dua pohon pinang. Kedua pohon pinang tersebut masih ada dan diantara kedua pohon itu terdapat makam Kyai Gunduk. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, yang ditanam itu sesungguhnya berupa tombak (pusaka).

Raja-Raja Kerajaan Demak

raja raja kerajaan demak
www.pelajaran.id
  • Raden Fatah (1500 – 1518)

Raden Fatah merupakan pendiri Kerajaan Demak dan menjadi raja pertama di kesultanan Demak. Pada masa pemerintahan Raden Fatah, Demak mengalami perkembangan yang begitu pesat. Hal ini tidak terlepas atas restu dan dukungan oleh para wali yang menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa.

Wilayah Kerajaan Demak kala itu diperluas hingga meliputi wilayah Pati, rembang, jepara, semarang, selat Karimata dan beberapa daerah di wilayah Kalimantan. Selain itu, Kerajaan Demak juga mampu menguasai pelabuhan-pelabuhan penting di Jawa seperti pelabuhan Jepara, sedayu, Tuban, Gresik dan Jaratan.

Asal muasal berdirinya Kerajaan Demak ini berawal atas perintah sunan ampel kepada Raden Fatah untuk mendirikan sebuah pesantren yang digunakan sebagai pusat menimba ilmu agama. Tugas dalam penyebaran agama Islam ini sungguhlah menjadi sebuah tugas yang sangat besar.

Oleh atas dukungan para Walisongo Kerajaan Demak berhasil menjadi pusat penyebaran agama Islam di Tanah jawa dan beberapa wilayah Nusantara bagian Timur. Seiring berjalannya waktu dibangunlah Masjid Demak yang saat ini dikenal sebagai Masjid Agung Demak.

Pada saat itu, tidak hanya penduduk jawa saja yang belajar ilmu agama di Demak, melainkan dari seluruh penjuru di nusantara, seperti Makasar, Banjarmasin, Ambon, Ternate, Sumatera dan Kalimantan.

Penyebaran agama yang dilakukan oleh Sunan Kalijogo dengan menggunakan seni pewayangan banyak disenangi oleh masyarakat yang kala itu mayoritas beragama hindu. Melalui wayang inilah nilai-nilai ajaran Islam dimasukkan dan menjadi salah satu cara penyebaran Islam yang paling efektif.

Raden Fatah Mendapat gelar Sultan Alam akbar al fatah atas keberhasilannya memimpin Kerajaan Demak selama 18 tahun, yakni pada tahun 1500 hingga 1518 M. Raden Fatah wafat pada tahun 1518 M. Yang kemudian kepemimpinannya diteruskan oleh putranya sendiri, yakni Pati Unus.

  • Pati Unus (1518 -1521)

Setelah wafatnya Raden Fatah pada tahun 1518 secara otomatis kekuasaannya diturunkan kepada putranya sendiri yaitu Pati Unus. Pati unus ini dikenal sebagai panglima perang yang gagah dan berani.

Beliau kala itu diutus oleh ayahnya untuk membebaskan Malaka yang kala itu dikuasai oleh Portugis. Kedatangan Portugis menjadi salah satu ancaman tersendiri bagi wilayah kekuasaan Kerajaan Demak. Perlawanan tersebut juga dibantu dari Kerajaan Aceh. Namun sayangnya karena tidak memiliki persenjataan yang canggih akhirnya Pati Unus kalah.

Kemudian Pati Unus melakukan blokade terhadap Portugis di Malaka. Karena Blokade tersebut, membuat Portugis kekurangan bahan Makanan. Akibat keberanian Pati Unus ini, Pati Unus mendapat gelar Pangeran sabrang Lor. Pati unus hanya memerintah Kerajaan Demak selama 3 Tahun. Yaitu pada tahun 1518 hingga 1521. Pati Unus wafat dalam pertempuran di Malaka pada tahun 1521 pada usia 41 Tahun.

  • Sultan Trenggono (1521 -1546)

Pada saat Pati Unus wafat, beliau tidak memiliki seorang putra. Sehingga tahta kerajaan digantikan oleh Raden Trenggono, yaitu adik dari Pati Unus. Di bawah kepemimpinan Sultan Trenggono inilah, Kerajaan Demak mencapai pada masa puncak kejayaannya.

Raden Trenggono dikenal sebagai raja yang gagah berani dan sangat bijaksana. Bahkan berkat keberaniannya, Raden Trenggono mampu memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Demak hingga ke Jawa Barat dan Jawa Timur. Sultan Trenggono bercita-cita untuk bisa menyatukan seluruh kawasan di Pulau Jawa di bawah kesultanan Demak.

Namun untuk bisa mewujudkannya bukanlah suatu hal yang mudah. Sejak awal berdirinya kesultanan Demak, yang menjadi musuh utamanya adalah atas kedatangan Portugis ke Indonesia. Bahkan Pati Unus harus meninggal dalam peperangan melawan Portugis di Malaka.

Portugis sudah berhasil memperluas daerah yang berhasil dipengaruhinya hingga ke Jawa Barat. Hingga pada akhirnya Portugis telah berhasil mendirikan benteng sunda Kelapa  di Jawa Barat. Pada tahun 1522, Sultan Trenggono mengutus Fatahillah untuk bisa mengusir Portugis dari Sunda kelapa. Namun langkah tersebut tidaklah mudah.

Baru pada tahun 1527-lah Sunda Kelapa berhasil ditaklukkan. Kemudian nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta yang memiliki arti kemenangan yang sempurna, yang kemudian hingga saat ini lebih dikenal sebagai Jakarta yang menjadi Ibu kota negara Republik Indonesia.

Dalam upaya memperluas wilayah kekuasaan kesultanan Demak, Sultan Trenggono melakukan serangan ke berbagai daerah seperti penyerangan ke Pasuruan dan Jawa Barat. Penyerangan ke Pasuruan, tepatnya ke Kerajaan Hindu Supit Urang. Penyerangan ke Pasuruan ini tidak membawakan hasil dikarenakan Sultan Trenggono wafat.

Sementara penyerangan ke Jawa Barat seperti ke Banten, Sunda Kelapa dan Cirebon yang dipimpin oleh Fatahillah telah berhasil. Selain melakukan beberapa penyerangan, Sultan Trenggono juga melakukan perjodohan atau perkawinan politik.

Contohnya seperti perjodohan putri Kalinyamat dengan Pangeran Hadirin dari Jepara. Kemudian Pangeran Pasarehan dengan putrinya menjadi Raja Cirebon dan joko Tingkir dengan puterinya menjadi adipati Pajang.

Peninggalan Kerajaan Demak

peninggalan kerajaan demak

Berdirinya Kerajaan Demak cukup memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan agama Islam di tanah Jawa. Kerajaan Demak menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Hal ini tidak terlepas dari dukungan para Walisongo. Ada banyak peninggalan sejarah dari Kerajaan Demak yang hingga sekarang masih bisa ditemui. Diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Masjid Agung Demak

masjid agung demak

Peninggalan sejarah tentang adanya Kerajaan Demak yang masih bisa dinikmati hingga sekarang adalah adanya masjid Agung Demak. Masjid ini didirikan pada masa Walisongo sekitar tahun 1479 M. Bangunan ini menjadi salah satu bukti bahwa Kerajaan Demak kala itu merupakan pusat kegiatan pengajaran dan keagamaan.

Bahkan tidak hanya orang Jawa saja yang menimba ilmu di kesultanan Demak, melainkan dari berbagai nusantara, seperti Ambon, Ternate, Banjarmasin dan Sumatera. Masjid ini terletak di samping alun-alun Kota Demak, tepatnya berada di Kampung Kauman, kelurahan Bintorom Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa tengah, Indonesia.

Masjid ini memiliki lokasi yang strategis dan mudah dijangkau. Pada saat mendirikan masjid Demak ini, Raden Fatah bersama para wali memberi sebuah gambar bulus. Bulus ini adalah candra sengkala memet yang memiliki arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang menyimpan makna tahun 1401 saka.

Gambar bulus tersebut terdiri dari kepala yang menyimbolkan angka satu, empat kaki yang berarti angka 4, badan bulus menggambarkan angka nol  dan ekor bulus menggambarkan angka 1. Jika digabungkan menjadi tahun 1401. Sedangkan gaya arsitektur dari masjid Demak ini terdiri dari bangunan induk dan juga serambi.

Bangunan induk memiliki saka guru yaitu terdiri dari 4 tiang  utama penyangga. Konon, salah satu tiang yang dipakai saat itu merupakan serpihan kayu sehingga dikenal pula istilah saka tatal. Desain atap dari Masjid agung Demak ini berbentuk limas yang disangga oleh 8 tiang yang disebut saka Majapahit.

Atap limas masjid Demak ini menggambarkan Iman, Islam dan Ihsan. Sementara desain pintu merupakan Panti Blebeg yang memiliki candra Sengkala. Candra Sengkala pada bagian pintu Masjid Demak tertuliskan Naga Mulat Salira Wani yang bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M atau 887 Hijriah.

Di dalam kompleks masjid Demak juga terdapat makam Raden Fatah sebagai pendiri Kerajaan Demak. Pada tahun 1995 Masjid ini pernah dicalonkan menjadi salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO.

  • Pintu Bledek

pintu bledek

Pintu Bledek merupakan pintu yang berada di Masjid Demak. Pintu ini merupakan buatan dari ki Ageng Selo yang memiliki candra sengkala, yakni Naga Mulat Salira Wani yang memiliki arti tahun 1388 saka atau 887 Hijriah atau 1466 Masehi. Yang menandakan tahun dimana pintu ini dibuat oleh Ki ageng Selo.

Dinamakan Pintu Bledek karena memang pada waktu itu ki Ageng Selo membuatnya dari petir Yang menyambar. Bledek dalam bahasa Indonesia memiliki arti petir. Namun sayangnya pintu ini sudah tidak lagi digunakan di Masjid Demak karena sudah tua dan lapuk.

Kemudian pintu tersebut dimuseumkan sebagai salah satu koleksi peninggalan sejarah dari Kerajaan Demak. Ki Ageng selo memang dikenal memiliki kemampuan untuk menaklukkan petir atau bledek. Ki Ageng Selo ini masih keturunan dari kerajaan Majapahit, Brawijaya V.

Pintu Bledek buatan Ki Ageng Selo ini dihiasi dengan ukiran berupa ornamen kepala binatang yang memiliki gigi yang runcing sebagai simbol sebuah petir atau bledek yang ditangkap oleh ki Ageng Selo. Ki Ageng Selo dimakamkan di Desa Tawang, Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Sebagian masyarakat Jawa hingga saat ini memiliki kepercayaan ketika dikagetkan dengan adanya suara petir maka mereka mengucapkan “ cucu ki ageng selo”. Dengan harapan petir tidak akan menyambarnya. Masyarakat di Jawa terlebih yang berada di pedesaan masih mempercayai mitos tersebut dengan berteriak “Gandrik! Aku putune Ki Ageng Selo”.

  • Soko Tatal dan Soko Guru

soko tatal dan soko guru
blogkisahislami.wordpress.com

Soko tatal dan soko guru masih merupakan bagian dari komponen yang ada di Masjid agung Demak. Soko guru yang terdiri dari 4 buah tiang utama. Dinamakan soko tatal karena menurut cerita soko ini terbuat dari tatal atau serpihan kayu.

Konon, pada saat pembuatan soko tersebut yang dilakukan oleh sunan Kalijaga baru jadi 3. Sementara masjid sudah siap untuk didirikan. Akhirnya secara terpaksa Sunan Kalijaga membuat Soko yang terbuat dari kayu sisa pembuatan 3 soko guru tersebut dengan menggunakan kekuatan spiritual yang dimilikinya.

  • Bedug dan Kentongan Masjid Demak

bedug dan kentongan masjid demak

Salah satu bukti sejarah peninggalan Kerajaan Demak yang masih bisa dilihat hingga saat ini adalah dua alat pemanggil masyarakat pada saat waktu sholat tiba. Yaitu, kentongan dan bedug.

Kedua alat ini menjadi sebuah alat yang penting yang menandakan waktu sholat telah tiba. Biasanya akan dibunyikan pada saat akan mengumandangkan adzan pada sholat lima waktu.

  • Situs kolam Wudlu

situs kolam wudlu

Seiring didirikannya masjid Agung Demak juga dibangun sebuah situs kolam wudlu. Situs ini dahulunya digunakan oleh para santri untuk melakukan wudhu sebelum melaksanakan sholat dan membaca Alquran.

Namun saat ini situs wudlu ini sudah tidak digunakan lagi dan di pagar menjadi salah satu benda bersejarah agar tetap terjaga keasliannya. Sedangkan tempat wudhunya sudah dibuatkan sesuai dengan kebutuhan pengunjung masjid Demak yang cukup memadai. Dan situs tersebut hanya bisa dilihat.

  • Maksurah-Maksurah

maksurah maksurah

Beberapa dinding yang menghiasi dinding Masjid Demak merupakan ukiran kaligrafi tulisan Arab yang  menuliskan tentang ke-Esaan Allah. Selain mempercantik dinding tulisan ini juga merupakan salah satu peninggalan sejarah yang dibuat pada tahun 1866.

  • Dampar Kencana

dampar kencana

Dampar Kencana merupakan singgasana para Raja kala itu. Dampar kencana saat ini digunakan sebagai mimbar untuk khutbah Jumat di Masjid Agung Demak. Peninggalan sejarah yang satu ini masih terjaga dan terawat dengan baik hingga saat ini.

  • Piring Campa

piring campa
kerisku.id

Salah satu penemuan barang peninggalan pada masa Kerajaan Demak adalah dengan ditemukannya piring Campa. Piring Campa ini merupakan piring pemberian dari seorang putri Campa kepada Raden Fatah yang tidak lain adalah Ibunya sendiri.

Piring Campa ini berjumlah 65 buah. Beberapa ada yang dipasang sebagai hiasan dinding di Masjid Agung Demak. Sementara yang lainnya di pasang di bagian pengimaman  Masjid Demak.

Perkembangan Islam Pada Masa Kerajaan Demak

perkembangan islam pada masa kerajaan demak

Secara Geografis, Kerajaan Demak memiliki lokasi yang sangat strategis. Yaitu, berada di daerah Bintoro dengan dikelilingi muara sungai perairan Laut Muria sehingga menjadikan kawasan Kerajaan Demak sangat subur pada bidang pertanian. Selain itu, Demak juga berada di antara dua pelabuhan besar pelabuhan mataram dan Jepara yang menjadikan Demak menjadi salah satu lokasi strategis untuk pusat perdagangan.

Karena banyaknya lalu lalang orang yang berada di kawasan Kerajaan Demak sehingga memudahkan untuk melakukan penyebaran agama Islam. Terlebih keberadaan Walisongo yang memusatkan kegiatan keagamaan dan pengajaran di kawasan Demak. Buktinya adalah dengan didirikannya Masjid Agung Demak pada masa itu.

Melalui cara Sunan Kalijaga yang menyebarkan Agama Islam dengan seni pewayangan membuat agama Islam sedikit demi sedikit diterima oleh masyarakat yang notabene merupakan masyarakat beragama Hindu. Dari situlah pesantren yang didirikan oleh Raden Fatah semakin berkembang dengan banyaknya murid yang tidak hanya datang dari Pulau Jawa melainkan dari luar Jawa, seperti Kalimantan, Sumatera, Ambon, Ternate dan lain-lain.

Selain itu keadaan Majapahit yang merupakan Kerajaan Hindu terbesar di Jawa saat itu tengah mengalami masa kehancuran sehingga Demak dengan lebih bebas untuk memisahkan diri dan berkembang menjadi sebuah kerajaan yang besar. Adanya Kerajaan Demak memiliki peranan penting terhadap perkembangan agama Islam di tanah Jawa.

Saat itu Demak telah berhasil menggantikan peran Malaka yang direbut oleh Portugis. Dan kemudian direbut kembali oleh Kerajaan Demak melalui pasukan yang dipimpin oleh Fatahillah untuk mengambil Sunda Kelapa yang saat ini lebih dikenal dengan nama kota Jakarta.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak

kehidupan ekonomi kerajaan demak

Karena lokasi kerajaan yang strategis dengan diapit dua pelabuhan penting yakni pelabuhan Mataram dan Jepara membuat Demak menjadi salah satu pusat perdagangan. Demak berperan menjadi salah satu daerah penghasil rempah-rempah di bagian Indonesia Timur dan penghasil rempah-rempah untuk Indonesia bagian Barat.

Dengan begitu, Demak berkembang semakin pesat. Bahkan daerah kekuasaan Demak pun berkembang pesat terlebih di pesisir utara Jawa. Untuk perkembangan daerah di pedalaman, Demak memperhatikan sektor pertaniannya dan menjadi salah satu komoditi dagang. Dari hasil perdagangan tersebut, Demak memperoleh keuntungan dari sektor ekonomi.

Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Demak

kehidupan sosial budaya kerajaan demak

Sementara perkembangan kehidupan sosial budaya pada masa Kerajaan Demak lebih berkembang pada agama dan budaya Islam. Hal ini terjadi karena Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam pada saat itu.

Demak menjadi tempat berkumpulnya para walisongo seperti Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Bonang dan Sunan Muria. Para wali inilah yang mengambil peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Bahkan tidak hanya dalam urusan agama, para walisongo juga mendukung dan memberikan saran-saran untuk berbagai urusan kepada Raden Fatah dalam memerintah Kerajaan Demak.

Seperti sunan Kudus yang memberikan strategi penyerangan terhadap kekuatan Portugis dan membentuk pertahanan yang kuat di Indonesia ini. Dengan demikian terjalin sebuah hubungan yang hangat antara rakyat dengan para ulama atau wali dan juga Raja atau bangsawan lainnya.

Hubungan hangat ini tercipta dengan didukung adanya sebuah pesantren sebagai pembelajaran untuk kegiatan agama dan sosial budaya. Dalam perkembangan budaya bisa dilihat dengan peninggalan sejarah berupa Masjid agung Demak yang memiliki beberapa unsur menarik di dalamnya. Seperti soko tatal, soko guru dan lawang bledeg.

Sementara itu, pendopo atau serambi masjid kala itu digunakan oleh Sunan Kalijogo untuk merancang upacara adat perayaan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, atau yang lebih dikenal Sekaten. Tradisi Sekaten ini menggambarkan adanya akulturasi antara kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Islam. Hingga kini tradisi sekaten ini masih terus dilaksanakan, yaitu di Yogyakarta dan Cirebon.

Dalam kekuasaan pemerintahan Kerajaan Demak kurang lebih yang mampu bertahan hingga setengah abad, telah menghasilkan beberapa hal yang hingga saat ini masih bisa dinikmati oleh masyarakat. Diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Sultan Demak yang bernama Senopati Jimbun pernah menyusun sebuah  peraturan perundang-undangan dalam bidang pelaksanaan hukum. Yaitu pada Kitab Selokantara. Di dalam kitab tersebut telah dijelaskan bahwa seseorang pemuka agama yang pernah menjadi hakim maka mendapat sebutan Kertopapatti atau Dharmayaksa.
  • Gelar penghulu yang dipakai pada imam di Masjid Demak ternyata didapat sejak zaman Sunan Kalijaga. Kata Kali berasal dari Bahasa Arab Qadli. Qadli merupakan istilah yang dipakai untuk para imam-imam masjid.
  • Bertambahnya bangunan benteng pertahanan militer di beberapa kota di Jawa  dan khususnya Demak.
  • Peranan masjid yang digunakan sebagai pusat peribadatan kerajaan Islam di Jawa serta mengadakan hubungan dengan internasional.
  • Munculnya berbagai macam kesenian, seperti wayang orang, wayang topeng, tembang macapat, gamelan, hikayat-hikayat Jawa dan seni pembuatan keris yang semua itu dipopulerkan pada zaman sunan Kalijaga.
  • Perkembangan sastra Jawa di pesisir Pantai Utara Jawa.

Segala kemajuan Kerajaan Demak tersebut tidak terlepas peran perkembangan agama Islam dan membentuk sebuah pondasi kemasyarakatan Demak yang unggul. Di samping itu, peranan walisongo juga sangat kental mewarnai segala perkembangan yang terjadi di kesultanan Demak.

Perang Saudara Kerajaan Demak

perang saudara kerajaan demak

Perang saudara yang terjadi di Kerajaan Demak berawal pasca wafatnya Pati Unus sebagai Putra Mahkota yaitu anak sulung Raden Patah. Akhirnya hal tersebut memicu perebutan kekuasaan diantara anak-anak Raden Fatah. Persaingan tersebut terjadi secara ketat antara Pangeran Aeda Lepen (Kikin) dengan Sultan Trenggono.

Akhirnya kerajaan jatuh pada tangan Sultan Trenggono dengan cara menyuruh anaknya yang bernama Prawoto untuk membunuh Pangeran seda Lepen. Sultan Trenggono menjadi Sultan Demak selama 25 tahun yakni pada tahun 1521 hingga 1546 M. Pada masa pemerintahan Sultan trenggono inilah, Demak mencapai puncak kejayaan dengan memiliki daerah kekuasaan yang mencapai Jawa Timur dan jawa Barat.

Sultan Trenggono memiliki 2 orang putra dan 4 orang puteri. Anak pertama perempuan dinikahkan dengan Pangeran Langgar, sementara anak keduanya yakni Sunan Prawoto. Anak ketiga perempuan dinikahkan dengan Pangeran Kalinyamat (Hadirin) dari Jepara, anak keempat perempuan menikah dengan Pangeran dari Cirebon, anak kelima perempuan dinikahkan dengan Jaka Tingkir dan anak yang terakhir adalah laki-laki yakni Pangeran Timur.

Arya Penangsang Jipang yang merupakan anak dari Pangeran Sedo Lepen atau Raden Kikin telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk membalas kematian ayahnya yang dibunuh oleh Pangeran Prawoto. Dengan membunuh Sunan Prawoto maka Arya Penangsang bisa menjadi Raja Demak dan bisa menguasainya.

Pada Tahun 1546 M secara tiba-tiba Sultan Trenggono wafat secara mendadak. Maka secara otomatis anaknya Sunan Prawoto naik tahta menjadi Raja Demak. Mendengar hal tersebut, Arya Penangsang bersama pasukan melakukan penyerangan kepada kesultanan Demak. Bertepatan dengan hal tersebut, armada Demak sedang berada dalam keadaan kosong karena dikirimkan ke Indonesia Timur.

Maka dengan sangat mudah arya Penangsang membungi hanguskan Kerajaan Demak. Kala itu yang tersisa hanyalah Masjid Demak dan juga Klenteng. Dalam peristiwa ini Sunan Prawoto melarikan diri ke arah Semarang namun sayangnya gugur dalam pertempuran. Sementara itu,  Arya Penangsang juga berhasil membunuh Pangeran Hadirin yang merupakan suami dari Puteri Kalinyamat.

Dalam Buku Babad Tanah Jawi diceritakan bahwa atas kematian suaminya tersebut, Ratu Kalinyamat melakukan Topo Wuda dan membuat Sayembara barang siapa yang berhasil membunuh Arya Penangsang maka akan mendapatkan aku dan hartaku.

Sayembara tersebut telah disanggupi oleh Jaka Tingkir yang tidak lain merupakan adik ipar Ratu Kalinyamat dan Sunan Prawoto. Akhirnya di tangan Jaka Tingkir Arya penangsang berhasil dikalahkan dengan dibantu oleh Ki Ageng Penjawi dan Ki Ageng Pemanahan. Sebagai hadiahnya Ki Ageng Penjawi mendapatkan Tanah Pati  sementara ki Ageng Pemanahan mendapatkan hadiah tanah Mataram.

Setelah itu, kekuasaan Demak berada di bawah Tangan Jaka Tingkir yang kemudian dipindahkan ke Pajang. Jaka Tingkir merupakan anak dari Ki Ageng Pengging yang merupakan Bupati di wilayah Majapahit yakni di daerah Surakarta yang tidak lain merupakan menantu dari Sultan Trenggono.

Kehidupan Politik Kerajaan Demak

kehidupan politik kerajaan demak

Kerajaan Demak dipimpin oleh Raja Pertama yang bernama Raden Fatah. Raden Fah memiliki gelar Senapati jumbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayyidin Panatagama. Setelah itu, pada tahun 1507 Raden Fatah turun Tahta dan digantikan oleh putera mahkota Pati Unus.

Sayangnya Pati Unus harus meninggal dalam medan pertempuran melawan Portugis. Karena keberaniannya inilah Pati Unus mendapatkan gelar Pangeran Sabrang Lor. Kemudian Kerajaan dilanjutkan oleh Sultan Trenggono. Pada masa inilah Demak mencapai Puncak kejayaannya. Demak memperluas daerah kekuasaannya hingga ke Jawa Barat dan juga Jawa Timur.

Masa Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Demak

masa kemunduran dan keruntuhan kerajaan demak

Masa pemerintahan Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Fatah  setidaknya berlangsung hingga abad ke 15 hingga abad ke 16. Pada saat itu musuh utama dari Kerajaan Demak adalah Portugis. Tatkala pada masa melawan Portugis belum usai, beliau meninggal yang kemudian kekuasaan diteruskan oleh Pati Unus.

Namun sayangnya Pati Unus tidak mampu memimpin dalam waktu yang lama. Pati unus meninggal dalam pertempuran melawan Portugis di Malaka. Karena keberanian yang dimiliki inilah Pati Unus  mendapat sebutan sebagai Pangeran Sabrang Lor.

Pengganti Pati Unus jatuh pada tangan Sultan Trenggono, yakni saudara Pati Unus. Sultan Trenggono berhasil memimpin Kerajaan hingga 25 Tahun. Pada saat itu, Demak sedang berada pada masa kejayaan dan semakin gencar untuk memperluas wilayah kekuasaan.

Sultan Trenggono memperluas wilayah kerajaan ke barat dan juga ke hulu Sungai Brantas yang saat ini lebih dikenal dengan nama kota Malang. Sebagai lambang kebesaran Islam pada kala itu didirikan Masjid Agung Demak. Selain itu, Sultan Trenggono pun berhasil mengusir kekuasaan Portugis di Malaka. Dan dapat diusir dengan pasukan yang dipimpin oleh Fatahillah yang kemudian menjadi menantu Sultan Trenggono.

Sementara itu, Sultan Trenggono sendiri telah berhasil menaklukkan wilayah di pedalaman Mataram dan Singasari yang berada di Jawa Timur. Dalam usahanya untuk menaklukkan Pasuruan, Sultan Trenggono Wafat. Yang kemudian tahta akan diteruskan oleh Sunan Prawoto sebagai anak dari Sultan Trenggono.

Pada saat wafatnya Sultan Trenggono inilah telah terjadi pertempuran besar di Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Arya Penangsang. Arya Penangsang dihasut oleh Sunan Kudus untuk bisa mendapatkan kekuasaan dengan membunuh Sunan Prawoto yang kala itu telah membunuh Pangeran Seda Ing Lepen (yah Arya Penangsang).

Arya Penangsang dengan dibantu oleh Rangkud memimpin pasukan untuk menyerang Kerajaan Demak untuk membalas kematian ayahnya. Dalam Babad Tanah Jawi diriwayatkan pada tahun 1549 Rangkud telah berhasil menyusup ke dalam kamar Sunan Prawoto. Sunan Prawoto kala itu pun mengakui bahwa dialah yang membunuh Pangeran Seda lepen.

Ia mengakui kesalahannya dan bersedia dihukum mati asalkan keluarganya diampuni. Pada saat itu, Rangkud pun menyetujui hal tersebut kemudian menikam dada Sunan Prawoto hingga tembus ke belakang. Namun sayangnya, pada saat tersebut istri dari sunan prawoto berada di balik punggung Sunan Prawoto untuk bersembunyi. Istrinya pun ikut tewas. Melihat istrinya tewas, Sunan prawoto marah dan membunuh Rangkud dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki.

Arya Penangsang juga membunuh Adipati Jepara, Yaitu Pangeran Hadirin Suami Puteri Kalinyamat. Demi membalas kematian suaminya, Ratu Kalinyamat mengangkat senjata  untuk melawan Arya Penangsang dengan dibantu oleh Jaka Tingkir yang merupakan menantu Dari Sultan Trenggono atau Adik Ipar Ratu Kalinyamat. Akhirnya Joko Tingkir Pun berhasil menumpas Arya Penangsang dan membawa Kerajaan Demak ke Pajang.

Runtuhnya Kerajaan Demak hampir sama dengan runtuhnya kerajaan Majapahit. Yaitu, karena gugurnya tokoh-tokoh penting Demak serta rongrongan dari dalam Demak sendiri. Akhirnya yang membuat lama-kelamaan Kerajaan Demak mengalami kemunduran dan Runtuh dengan sendirinya.

1 thought on “Sejarah Kerajaan Demak: Raja, Letak, Peninggalan, Kehidupan, Lokasi”

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.