Pakaian adat jawa – Apa definisi dari pakaian adat? Makanan adat merupakan sebuah kostum yang memiliki fungsi sebagai alat untuk mengekspresikan identitas. Pakaian adat sendiri biasanya erat dikaitkan dengan wilayah geografis maupun periode waktu dalam sejarah. Bahkan wujud pakaian adat juga bisa menunjukkan status social, derajat, perkawinan hingga agama.
Seperti contoh pulau Jawa yang merupakan pemilik etnis mayoritas yang ada di bangsa Indonesia. Meskipun sebagian besar menghuni Pulau Jawa sendiri, namun tak jarang keturunan Jawa banyak menyebar hingga ke berbagai pelosok daerah.
Pulau ini juga memiliki begitu banyak jenis pakaian adat Jawa yang mungkin belum begitu banyak orang ketahui. Baju adat ini biasa digunakan untuk berbagai kesempatan baik acara formal maupun acara kasual. Hal ini juga disebabkan karena masyarakat Indonesia sudah tidak begitu terikat pada kesan jika yang tradisional itu ketinggalan jaman.
Terlebih dengan begitu berkembangnya dunia fashion yang tidak memiliki batasan baku dalam berinovasi. Untuk jenis pakaian adat Jawa sendiri memiliki beberapa macam karena seperti yang diketahui pulau ini terbagi menjadi 3 provinsi yakni Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sebelum membahas mengenai jenis pakaian adat yang ada di Pulau jawa, ada baiknya Anda mengetahui apa saja makna filosofis yang terkandung dalam tiap-tiap baju adat Jawa.
Makna Filosofis Pakaian Adat Jawa
Busana adat Jawa yang kerap disebut juga dengan busana kejawen ini memiliki perumpamaan tertentu terlebih untuk orang asli Jawa yang mengenakannya. Baju Jawa penuh dengan piwulang sinandhi yang kaya akan ajaran tersirat yang berhubungan dengan filosofi Jawa. Untuk makna filosofis yang dimiliki adalah sebagai berikut:
-
Iket-Iket
Yang pertama adalah makna yang terkandung dalam tali kepala yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk penutup kepala. Cara mengenakan iket tersebut adalah harus secara kencang dan kuat agar ikatan tersebut tidak mudah lepas.
Sedangkan untuk masyarakat Jawa iket memiliki arti agar manusia yang mengenakannya memiliki pamikir atau pemikiran yang kencang dan kuat. Maksudnya tidak mudah terombang-ambing terlebih hanya karena faktor situasi maupun omongan orang lain tanpa dilakukan sebuah pertimbangan yang matang.
-
Udheng-Udheng
Filosofi dari pakaian adat Jawa yang kedua berasal dari udheng-udheng yang sama halnya dikenakan di bagian kepala. Meskipun wujudnya nyaris sama, namun udheng yang berasal dari mudheng ini memiliki arti mengerti dengan jelas.
Dengan begitu, dengan memakai udheng berarti tersirat makna manusia akan memiliki pemikiran yang kokoh terlebih jika sudah memahami tujuan hidupnya. Makna lainnya adalah supaya manusia memiliki keterampilan serta bisa menjalankan pekerjaannya dengan pemahaman yang mumpuni karena didasari dengan pengetahuan.
-
Rasukan
Rasukan berarti manusia sebagai ciptaan dari Tuhan hendaklah memiliki sifat ngrasuk ataupun mengikuti sebuah jalan atau agama dan menyembah Tuhannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
-
Benik
Mayoritas busana adat Jawa nampaknya tidak lupa menyematkan benik atau kancing. Seperti contoh beskap yang selalu dilengkapi dengan benik pada bagian kiri dan kanannya. Lambang yang ada dalam benik adalah segala tindakan yang dilakukan manusia hendaknya selalu diniknik.
Diniknik berarti diperhitungkan dengan benar-benar cermat dan jangan sampai merugikan orang lain. Bukan hanya itu saja, namun juga harus bisa menjaga antara kepentingan pribadi dengan kepentingan kelompok ataupun kepentingan umum.
-
Sabuk
Sabuk merupakan jenis pakaian adat Jawa yang selalu dikenakan sebagai pelengkap busana adat. Cara mengenakan sabuk adalah dengan melilitkannya dibagian pinggang. Sabuk sendiri memiliki arti manusia yang mengenakannya akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan memastikan pekerjaan yang dilakukan harus menghasilkan.
-
Jarik
Jarik merupakan pakaian adat Jawa berwujud sebuah kain panjang yang dikenakan untuk menutupi tubuh hingga sepanjang kaki. Jarik sendiri berarti serik atau tidak mudah iri dengan orang lain. Karena sejatinya iri hati hanya akan membuat rasa emosional atau buru-buru dalam menanggapi segala permasalahan hidup.
-
Wiru
Wiru bisa dikatakan sebagai pasangan jarik. Karena ketika mengenakan jarik harus selalu dengan cara mewirunya pada bagian ujung dengan sedemikian rupa. Wiru atau wiron bisa dihasilkan dengan cara melipat-lipat ujung jari sehingga menghasilkan wujud wiru.
Wiru sendiri terbuat dari kalimat wiwiren aja nganti kleru, dengan makna segala hal yang sedemikian rupa hingga menimbulkan keharmonisan dan rasa menyenangkan atau jangan sampai keliru.
-
Bebed
Bebed adalah sejenis kain menyerupai jarik yang dikenakan oleh laki-laki. Bebed adalah ubed yang bermakna tekun serta rajin dalam bekerja dan mencari rezeki.
-
Canela
Chanela dijabarkan dari chantelna jroning nala atau peganglah dalam hatimu dengan kuat. Canela berwujud seperti selop, cripu maupun sandal yang dikenakan pada kaki dan memiliki maksud supaya si pemakai senantiasa menyembah hanya di kaki-Nya secara lahir dan batin.
-
Curiga dan Rangka
Filosofi atau makna dari pakaian adat Jawa terakhir diwakili oleh curiga dan rangka yang berwujud wilahan atau bilahan yang ada dalam warangka atau wadahnya. Curiga dan warangka ini sendiri sebagai bentuk ciptaan yang menyembah Tuhan nya dalam sebuah hubungan kawula jumbuhing Gusti.
Curiga yang letaknya berada di belakang memiliki arti ketika menyembah Tuhan, maka hendaknya manusia bisa ngungkurake godhaning setan yang selalu menggoda manusia untuk berbuat tidak baik.
Macam Pakaian Adat Jawa
Busana adat Jawa memang memang memiliki banyak sekali macam jenis serta bahan yang juga beraneka ragam. sebagai masyarakat yang baik, hendaknya kita turut melestarikan dan memperkenalkan kepada golongan muda dibawah kita.
Jangan sampai akibat dari masuknya budaya asing membuat generasi penerus dengan mudah melupakan pakaian adat. Agar tidak semakin penasaran, berikut pakaian adat Jawa yang ada dan masih eksis hingga sekarang ini;
Kebaya
Ketika membahas mengenai baju adat jawa tentu tidak bisa dipungkiri jika yang pertama terlintas di benak adalah kebaya. Kebaya merupakan sebuah baju yang masuk dalam jenis blus, atau bisa tunik atau atasan tradisional yang khusus dikenakan oleh kaum perempuan.
Secara umum, kebaya terbuat dari bahan yang cenderung tipis dan pemakaiannya dipadukan dengan kain batik, sarung atau songket. Nama kebaya sendiri diambil dari Bahasa Arab yakni kebaya yang berarti pakaian.
Beberapa sumber menyebutkan jika kebaya ini merupakan busana yang dibawa dari Tiongkok dan mengalami akulturasi budaya ketika sudah sampai di tanah Jawa. Di masa itu, kebaya dijadikan sebagai sebuah simbol aristrokasi perempuan bangsawan yang membedakannya dengan para rakyat jelata.
Sejarawan menuliskan jika jenis kebaya yang terbuat dari bahan sutra, brokat maupun beludru dengan model bukaan yang disatukan dengan bros pada bagian depan dada sudah ada sejak tahun 1817.
Meskipun waktu terus berlalu, namun eksistensi kebaya tak akan habis pernah dimakan waktu dan kehilangan peminat. Bisa dikatakan jika kebaya merupakan saksi bisu dari perkembangan Indonesia sejak zaman kerajaan hingga sekarang.
Kebaya tetap bisa bertahan karena selalu mengikuti perkembangan model di dunia fashion. Model dari kebaya sendiri tidak berhenti pada gaya klasik saja. Namun juga terus mengupdate dan disesuaikan dengan arah mode yang sedang tren di masa itu.
Jawi Jangkep
Jawi Jangkep merupakan pakaian adat Jawa yang sangat kental sekali nuansa Jawa nya. Namun kabarnya kali ini, jawi jangkep sudah resmi terdaftar menjadi pakaian adat provinsi Jawa Tengah.
Layaknya kebaya yang memang didesain khusus untuk dikenakan oleh kaum hawa, jawi jangkep juga dirancang secara khusus untuk para kaum pria. Asal muasal busana adat yang satu ini adalah dari adat keraton Kasunanan Surakarta.
Untuk jenisnya, jawi jangkep terdiri dari dua macam yakni jawi jangkep dan juga jawi jangkep padintenan atau keseharian. Baju ini mengkhususkan para penggunaan atasan berwarna hitam dan hanya bisa dikenakan pada saat terdapat acara formal saja.
Sedangkan untuk jawi jangkep padintenan menggunakan atasan berwarna selain hitam dan diperbolehkan untuk mengenakannya pada acara non formal. Untuk kelengkapan yang dimiliki oleh Jawi jangkep adalah sebagai berikut:
- Penutup kepala yang biasanya berupa destar ataupun blangkon
- Pakaian atasan dengan desain bagian belakangnya jauh lebih pendek karena digunakan untuk tempat menyimpan keris
- Stagen
- Epek, lerep dan timang yang digunakan sebagai sejenis ikat pinggang
- Kain bawahan biasanya motif dan corak menyesuaikan dengan pasangan wanitanya
- Wangkingan atau keris
- Canilan atau selop sebagai alas kaki.
Hingga saat ini pakaian jawi jangkep masih memiliki nama dan sering dijadikan sebagai pakaian pilihan khususnya untuk acara adat.
Beskap
Mula-mula beskap merupakan salah satu jenis baju atasan yang ada pada jawi jangkep. Namun seiring dengan perkembangannya beskap lebih sering digunakan secara terpisah. Dengan desain layaknya kemeja lipat dengan kerah yang bukan lipat, kebanyakan dari beskap menggunakan bahan dasar berwarna polos.
Di samping kanan dan kiri dari beskap biasanya disematkan beberapa kancing dengan oila menyamping. Layaknya pakaian atasan jawi jangkep, maka bagian belakang dari beskap lebih tinggi untuk meletakkan keris.
Surjan
Surjan memiliki pakaian adat Jawa yang berbentuk kemeja atau atasan dan dirancang khusus untuk dikenakan kaum pria. Dengan memilih motif bunga maupun lurik, surjan ini didesain dengan lengan panjang serta memiliki kerah tegak. Zaman dahulu surjan hanya bisa digunakan untuk para bangsawan dan juga abdi keraton.
Nama surjan sendiri diambil dari gabungan dua kata yakni suraksa dan janma hingga disingkat menjadi surjan. Suraksa-janma memiliki arti manusia, namun tak jarang pula yang mengatakan jika surjan berasal dari kata siro dan jan yang bermakna pelita.
Berdasarkan sejarah, surjan sudah ada bahkan sejak zaman kerajaan islam mataram dan diciptakan pertama kali oleh sunan kalijaga. Siapa sangka jika ternyata jenis pakaian yang satu ini memiliki makna religious yakni:
- 6 buah kancing yang ada pada kerah melambangkan 6 rukun iman
- 2 buah kancing yang disematkan pada dada kiri dan kanan memiliki lambang dua kalimat syahadat
- Dan 3 buah kancing yang letaknya sengaja dirancang pada bagian dekat perut melambangkan nafsu dari manusia yang harus bisa dikendalikan.
Kanigaran
Ketika pertama kali melihat kanigaran tentunya fikiran Anda sudah bisa langsung merujuk pada dandanan yang buat secara khusus untuk pengantin. Polesan tersebut dipersilakan kepada masyarakat untuk memakainya pada masa Sultan HB IX.
Ternyata pakaian adat kanigaran ini memiliki makna filofis mendalam sehingga begitu diminati oleh calon mempelai pengantin terlebih bagi mereka yang berdarah Jawa. Pakaian adat Jawa khususnya jawa barat yang mayoritas penduduknya merupakan suku sunda, tampaknya memiliki penggolongan atas pakaian adat mereka.
Biasanya jenis pakaian adat ini disesuaikan dengan status social. Namun hal inilah yang menjadikan salah satu keunikan yang ada di pakaian adat Jawa Barat. Untuk jenisnya sudah terbagi menjadi beberapa macam yakni:
Baju Adat Bangsawan
Perlu diketahui jika di Jawa Barat sendiri terdapat pakaian adat yang memang dikhususkan untuk para bangsawan saja atau dalam bahasa jaman sekarang adalah konglomerat.
Seperti namanya, yang bisa menggunakan busana adat ini hanyalah mereka orang-orang terpilih dengan kedudukan tertentu. Pada baju adat yang satu ini terdapat sebuah simbol kekayaan dan juga keagungan dari ekonomi seseorang.
Itulah mengapa tidak sembarang orang bisa mengenakan jenis pakaian adat yang satu ini. Dari segi model memang jelas menunjukkan jika pakaian adat yang satu ini memang menyuguhkan kesan estetika serta kemegahan yang begitu menawan dan mengagumkan.
Dengan mengambil model jas yang berwarna gelap serta material yang digunakan adalah jenis bahan bludru perpaduan tersebut sangat apik ketika digunakan oleh lelaki dari kaum bangsawan. Sedangkan untuk pasangannya, pakaian adat jawa yang satu ini memilih kebaya maupun gaun dengan warna gelap serupa kemudian dihiasi dengan jahitan benang emas pada bagian tepi-tepinya.
Baju Adat Kaum Menengah
Yang kedua adalah pakaian adat Jawa Barat yang dikhususkan untuk para masyarakat yang masuk dalam kategori kelompok sosial menengah. Social menengah berarti seseorang atau kelompok dengan kekayaan atau kehormatannya berada di bawah bangsawan dan diatas rakyat jelata.
Untuk desainnya sendiri kaum laki-laki menggunakan busana adat dengan baju yang memiliki belahan pada bagian atasnya. Sedangkan bagian bawahnya menggunakan kain batik dan dilengkapi aksesoris berupa ikat kepala. Tentu saja dengan begitu akan menambah kesan gagah dan mempesona untuk para pemakainya.
Kemudian untuk wanitanya mengenakan atasan berupa kebaya dengan tambahan aksesoris seperti kalung, cincin, dan gelang yang semuanya berbahan dasar emas maupun perak. Sedangkan kain sebagai bawahannya menyesuaikan dengan motif yang dikenakan oleh pasangan laki-lakinya.
Baju Adat Kaum Jelata
Ketika mendengar nama dari penggolongan tersebut sepertinya Anda sudah membayangkan hal-hal yang menyedihkan. Namun tak perlu khawatir karena meskipun pakaian adatnya terkesan sederhana, banyak sekali nilai-nilai adat istiadat yang terkandung didalamnya.
Untuk laki-laki menggunakan pakaian dengan model sarung yang disilangkan diatas bahu serta menggunakan tutup kepala berupa logen. Dengan baju yang digunakan adalah atasan berwarna hitam polos dan juga celana gombrong dengan warna serupa. Jauh dari kesan mewah bukan?
Sedangkan wanitanya menggunakan pakaian dengan atasan kebaya dan bawahan jarik. Namun kebaya yang dikenakan oleh jenis golongan ini adalah kebaya dengan motif sederhana dan jauh dari kata glamor. Belum lagi tak ada penambahan aksesoris jenis apapun dalam kebaya ini.
Hanya sebuah kain yang digunakan sebagai penutup kepala saja. Adanya perbedaan adat istiadat tiap-tiap daerah menjadikan busana adat yang dimilikinya pun cenderung berbeda. seperti pakaian adat Jawa ini yang sungguh beragam jenisnya dan mengandung filosofi serta nilai adat tersendiri.
Baca Juga Pakaian Adat
Pakaian adat merupakan warisan dari para leluhur yang tentunya harus dijaga kelestariannya. Kenali jenisnya, fahami makna filosofisnya dan budidayakan pakaian adat yang ada di sekitar Anda agar tidak lenyap dimakan zaman.