Suku Indian – Cristoper Colombus adalah seorang penjelajah yang pertama kali memberikan nama Indian untuk sebuah daratan di benua Amerika yang ia singgahi. Ia mengira bahwa kala itu ia telah sampai di India, sehingga menamakannya dengan sebutan yang sama. Penduduk di Indian pun disebut dengan suku Indian.
Meski berawal dari kesalahan, orang-orang tetap mengikutinya dengan menggunakan istilah Indian hingga saat ini.
Suku Indian termasuk dalam ras Mongoloid. Kulitnya kecoklatan yang eksotis dan khas. Warna kulit suku ini menandakan bahwa mereka sangat sering beraktivitas di bawah sinar matahari. Menyatu dengan alam, adalah jiwa mereka selain hidup bebas dan merdeka. Pandangannya juga sangat tajam terhadap sesuatu.
Sorot matanya yang tegas juga menandakan bahwa suku Indian selalu berani menghadapi apapun. Alam bebas sudah menjadi teman akrab mereka. Suku ini juga memiliki tulang rahang yang menonjol. Ciri fisik ini memberi bentuk muka yang relatif lebar dengan guratan wajah yang sangat jelas. Menunjukkan ketegasan dan keberanian jiwa-jiwa masyarakat suku Indian
Fakta Sejarah Suku Indian
Sejarah mengatakan bahwa benua Asia adalah daerah asal suku Indian, walaupun banyak diceritakan bahwa suku Indian adalah suku asli benua Amerika. Kedekatan kerabat dengan masyarakat Asia ditandai dengan ciri fisik mereka mulai dari wajah hingga warna kulit.
Alam adalah sumber kehidupan utama bagi suku Indian. Perburuan hingga bercocok taman telah menjadi kebudayaan masyarakat Indian untuk bertahan hidup sejak bertahun-tahun lamanya.
Ketika berburu, suku Indian akan berpindah-pindah untuk mengikuti apa yang sedang mereka buru. Melintasi selat hingga sungai dan hutan sudah menjadi kebiasaan mereka selama 200.000.
Hingga suatu ketika, suku ini tiba di benua Amerika kemudian menetap di sana, terus beranak-pinak dan menjadi suku asli benua Amerika. Memiliki kehidupan sangat unik yang membuat mereka dianggap sebagai penduduk lain dari Amerika. Jiwa mereka tidak terikat pada apapun. Nalurinya bebas dan menyatu dengan alam.
Bertani, beternak dan berburu adalah cara mereka bertahan hidup. Alam adalah sumber kehidupan bagi suku Indian.
Uniknya Rumah Adat Suku Indian
Selain budaya menyatu dengan alam, suku Indian masih memiliki keunikan lain. Para anggota suku Indian mendiami tempat tinggal yang unik. Setiap rumah yang di tinggali, tergantung pada bagaimana mereka mencari makanan juga berpatokan pada jenis dan kondisi geografis daerah yang mereka tinggali, beberapa rumah adat suku tersebut seperti berikut:
Rumah bagi para penggembala (Teepes)
Para penggembala buffalo atau kerbau khas Amerika akan mencari tempat dengan rumput yang subur untuk ternak mereka, dan biasa tinggal di rumah Teepes ini. Memiliki bentuk kerucut dan menggunakan rangka kayu berselimut kulit buffalo, rumah ini juga dirancang agar dapat dibongkar pasang dengan mudah dan cepat.
Rumah bertani musim panas (Wigwarm)
Dengan tinggi mencapai 3 meter, wigwarm didesain untuk mereka yang beraktivitas pada saat musim panas. Berbahan dasar kulit kayu yang, rumah ini akan melindungi dari terpaan hawa panas setelah kegiatan berburu. Ketika musim dingin tiba, rumah ini akan ditinggalkan, karena kebanyakan berburu pada masa ini. Mereka akan kembali ke rumah Wigwarm ini pada musim panas berikutnya.
Rumah berkelompok para petani (Longuse)
Rumah ini berukuran cukup besar dengan bahan kulit kayu yang memiliki banyak sekat dan dibuat untuk keluarga yang memiliki pekerjaan sebagai petani.
Rumah petani ini bernama longuse dengan panjang mencapai 60 meter, yang apabila dilihat sekilas, rumah ini mirip dengan rumah panjang di Indonesia. Karena ukurannya yang besar, Longuse ini bisa di tinggali hingga 60 orang banyaknya.
Rumah berbahan rumput (Grass House)
Rumah-rumah dengan rumput sebagai material utama menjadi pilihan paling tepat bagi mereka yang tinggal di padang rumput seperti di daerah Amerika bagian selatan. Mereka akan hidup dari alam dan menyelaraskan dirinya bersama alam.
Rumah penduduk pantai (Earthen House)
Rumah ini merupakan rumah yang biasa digunakan oleh suku Indian yang mendiami kawasan pantai atau pesisir. Earthen house dibangun seperti gundukan dan dibuat dengan bahan dasar tanah.
Tradisi Suku Indian Hingga Saat ini
Suku Indian rupanya sangat menjaga tradisi dan warisan para leluhur mereka. Sebut saja memanjangkan rambut Sudah menjadi sebuah kewajiban bagi rambut suku Indian yang hitam dan tebal untuk dibiarkan memanjang.
Tak hanya untuk wanita, hal yang sama juga berlaku bagi kaum pria. Mereka juga memiliki kebiasaan untuk mewarnai tubuhnya. Warna-warna ini membentuk garis-garis yang memenuhi tubuh hingga muka.
Suku Indian juga memakai penutup kepala khas dari bulu burung Elang. Namun, penutup kepala ini hanya di pakaikan pada kepala suku, atau orang-orang yang memiliki kekuasaan tertentu. Bulu juga menandakan sikap kesatria dari pemakainya.
Suku Indian diyakini memeluk agama Katolik, namun kegiatan penyembahan dewa Matahari juga dilakukan oleh sebagian lainnya. Kepercayaan animisme pun masih menjadi bagian dari suku ini.
Orang Eropa memandang suku Indian menjadi satu-satunya suku asli benua Amerika. Padahal, sebenarnya, ada banyak sekali suku di dataran Amerika yang menghuni daerahnya masing-masing. Misalnya saja suku Blackfoot, Apache, Mohawk, dan suku lainnya. Sebagian suku tersebut tidak mengenal satu sama lain dan memiliki budaya yang berbeda.
Namun karena pasifnya pengaruh pandangan orang kulit putih, dunia pun ikut menganggap bahwa penduduk asli Amerika sebagai satu suku saja yakni Indian.
Kisah Pilu Suku Indian
Pada abad 18-19, pemerintah Amerika, yang notabene merupakan orang keturunan kulit putih menerapkan sebuah kebijakan dimana penduduk-penduduk suku asli yang masih hidup harus menempati wilayah-wilayah tertentu yang di istilahkan dengan reservasi.
Tempat reservasi ini bisa dibilang cukup tertinggal jika dibanding dengan kota-kota besar nan megah yang ada di Amerika saat ini.
Fakta mengenai kondisi ekonomi, pendidikan, dan geografisnya dari daerah ini pun membuat lokasi reservasi kurang layak untuk di tinggali. Banyak masyarakat suku asli yang akhirnya hidup miskin, tertekan, hingga menghabiskan hari-harinya dengan minum-minum.
Menurut sebuah cerita, dahulu, saat orang-orang Eropa mulai datang ke Amerika untuk memperoleh emas serta tujuan lainnya, penduduk asli Amerika ini menyambut mereka dengan baik.
Tetapi, lama kelamaan lahan sekaligus tanah kelahiran mereka diambil secara perlahan. Kemudian terjadilah berbagai macam perang dan konflik yang menimbulkan banyak korban jiwa.
Jumlah penduduk suku asli pun semakin berkurang, sementara imigran kulit putih terus saja berdatangan. Kebudayaan asli suku-suku tersebut juga digeser dengan kebudayaan baru. Bahkan mereka juga harus berbicara dengan bahasa Inggris, sehingga bahasa asli kesukuan pun terancam musnah.
Suku Indian sebagai salah satu penduduk asli Amerika yang berkulit kecokelatan ini sering kali dipandang sebelah mata, baik oleh penduduk Amerika kulit putih maupun warga dunia.
Mereka tak jarang dicap terbelakang dan kuno. Hanya sebagian kecil dari mereka yang mendapatkan pekerjaan layak dan menjadi orang sukses.
Tetapi Suku Indian tetap berjuang agar hak dan suara mereka dapat didengar oleh seluruh warga Amerika, sama halnya dengan penduduk kulit hitam berketurunan Afrika-Amerika. Posisi penduduk suku sebagai kaum terkucilkan nyatanya juga tidak membuat mereka putus asa.
Reservasi yang seharusnya tidak terjadi, mereka terima dengan lapang dada, namun perjuangan harus terus berjalan, dengan harapan semakin banyak jiwa-jiwa suku baru yang terlahir untuk memperjuangkan hak asasi mereka yang telah tergadai.
Baca Juga Suku Jawa
Hingga saat ini, keberadaan suku ini masih dipandang sebelah mata. Kulit gelap mereka juga dianggap “berbeda” dari kebanyakan penduduk Amerika yang berkulit putih. Mereka bahkan terusir di tanah mereka sendiri hingga harus tinggal di pedalaman benua Amerika. Sampai saat ini pun perjuangan mereka untuk menemukan kemerdekaan sejati belum sepenuhnya tercapai.
Namun, keberadaan suku Indian mempunyai otoritas tersendiri. Mereka memiliki bendera suku sebagai tanda eksistensinya di dataran Amerika. Saat ini mereka menjadi kaum minoritas di benua Amerika, yang hidup di daerah-daerah terpencil. Mereka masih terus berjuang untuk mendapatkan hak asasi penuh yang belum mereka dapatkan.