Rumah adat Jawa Tengah yang paling terkenal adalah Joglo. Meskipun sudah jarang dijadikan sebagai hunian, tetapi rumah Joglo masih tetap menarik jika dijadikan sebagai konsep hotel dan restoran yang mengusung tema tradisional.
Jika Anda mengunjungi rumah Joglo, tentu akan merasakan suasana pedesaan Jawa Tengah zaman dahulu. sebenarnya, ada beberapa daerah pedesaan yang masih menggunakan rumah adat Jawa Tengah sebagai hunian. Namun, ada juga daerah yang mengosongkan rumah Joglo dan hanya digunakan sebagai tempat pelaksanaan upacara Ruwatan.
Nah, untuk menambah pengetahuan dan mengingatkan Anda dengan kekayaan budaya dan hasil karya dari zaman dahulu, ada baiknya untuk mengenal Joglo sebagai rumah adat Jawa tengah lebih mendalam. Langsung saja, ini dia ulasan lengkapnya!
Sejarah Rumah Adat Jawa Tengah Joglo
Pada zaman dahulu, rumah Joglo merupakan simbol dari status sosial yang hanya dapat dimiliki oleh orang yang mampu secara finansial. Bahan-bahannya pun memang lebih mahal ketimbang jenis rumah adat Jawa Tengah yang lain. Selain membutuhkan biaya yang tidak sedikit, waktu pembuatannya pun cukup panjang.
Jadi jangan heran jika rumah Joglo hanya bisa digunakan oleh para Raja, Bangsawan dan Pangeran saja. meski begitu, saat ini rumah Joglo dapat dinikmati oleh berbagai kalangan.
Bentuk Rumah Adat Joglo
Pada mulanya, rumah Joglo berbentuk bujur sangkar dengan empat pokok tiang di tengahnya. Tiang ini disebut dengan istilah “saka guru”. Nah, penopang tiang itu merupakan blandar bersusun yang dikenal dengan nama “tumpang sari”. Seiring dengan perkembangan zaman, terdapat tambahan-tambahan dalam rumah Joglo ini. akan tetapi, yang paling mendasar adalah rumah yang tetap berbentuk persegi.
Bahan utama pembuatan rumah Joglo adalah kayu. Jenisnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Namun, umumnya, kayu yang digunakan adalah sengon, jati, serta batang pohon kelapa. Salah satu jenis kayu yang selalu jadi primadona pembuatan rumah adat Jawa Tengah Joglo ini adalah kayu jati.
Hal ini dikarenakan keawetan, ketahanan, serta kekuatan kayu yang lebih tinggi ketimbang jenis kayu lainnya. Bahkan, meski hanya menggunakan kayu jati, rumah Joglo sejak zaman dahulu masih dapat bertahan hingga saat ini. Pada bagian atap rumah adat Jawa tengah yang satu ini terbuat dari bahan genteng tanah liat.
Selain genteng, masyarakat tradisional Jawa juga menggunakan jerami, ijuk, dan alang-alang dalam pembuatan atapnya. Alasan penggunaan bahan-bahan alami untuk bagian atap rumah adalah demi kenyamanan dan rasa sejuk dalam ruangan yang ditempati.
Nah, rumah Joglo ini juga memiliki kelebihan pada sirkulasi udara yang sangat baik. hal ini disebabkan bentuk atap yang dibuat bertingkat-tingkat. Ketinggian atap rumah Joglo juga mempunyai hubungan dengan pergerakan udara yang dibutuhkan oleh penghuninya.
Ciri khas lain dari rumah adat ini adalah bentuk atap yang merupakan perpaduan antara dua bidang yaitu atap segitiga dan trapesium. Kedua jenis atap ini mempunyai sudut kemiringan berbeda. atap Joglo terletak pada tengah rumah dan diapit oleh serambi.
Gabungan atap rumah Joglo ada dua jenis, yaitu atap Joglo Lambang Sari dan Atap Lambang Gantung. Lambang Sari merupakan jenis atap rumah Joglo yang disambung dengan atap pada serambi. Sedangkan Lambang Gantung adalah gabungan atap yang menyisakan lubang udara di bagian atap.
Desain rumah Joglo sendiri terdapat aturan khusus. Sehingga muncullah jenis rumah Joglo seperti Pangrawit, Limasan Lawakan, Jompongan, Mangkurat, Sinom, Hageng dan Tinandhu.
Filosofi Rumah Adat Joglo
Nama Joglo diambil dari dua suku kata yaitu “tajug” dan “loro”. Artinya adalah penggabungan dua tajug. Hal ini berdasarkan pada atap rumah Joglo yang berbentuk tajug yang serupa gunung.
Orang Jawa kuno percaya bahwa gunung merupakan simbol yang sakral. Baginya, gunung merupakan tempat tinggal bagi para dewa. Maka dari itu, dua tajug dipilih menjadi atap rumah adat Jawa Tengah. Penyangga dari atap rumah adalah empat pilar yang disebut dengan “saka guru”. Pilar ini adalah representasi arah mata angin yaitu timur, selatan, utara, dan juga barat.
Bagian bagian Rumah Adat Joglo
Rumah Joglo terdiri atas tiga bagian yaitu pendapa (bagian depan), pringgitan (bagian tengah), dan dalem (ruang utama). Pada pembagian rumah ini, ada prinsip hierarki yang unik, yaitu bagian depan lebih bersifat umum, sedangkan bagian belakang lebih khusus lagi. sehingga, akses orang yang bisa masuk ke dalam ruangan tertentu juga berbeda-beda.
Bagian-Bagian di Dalam Rumah Joglo :
-
Pendapa (Bagian Depan)
Letak pendapa ada di bagian depan rumah adat Jawa Tengah. Filosofi dari pendapa adalah menunjukkan bahwa orang Jawa bersifat ramah dan terbuka. Supaya tamu dapat duduk di pendapa, maka biasanya dilengkapi dengan tikar. Hal ini dimaksudkan supaya tidak ada kesenjangan antara tamu dan juga pemilik rumah.
-
Pringgitan (Bagian Tengah)
Pada bagian Pringgitan biasanya digunakan untuk menggelar pertunjukan wayang. Terlebih jika ada acara Ruwatan. Di tempat ini, pemilik rumah menyimbulkan diri sebagai Dewi Sri yang dianggap sebagai sumber kehidupan, kebahagiaan, dan juga kesuburan.
-
Dalem (Ruang Utama)
Pada bagian ini, terdapat kamar-kamar yang disebut dengan “senthong”. Dahulu, senthong hanya dibuat sebanyak tiga bilik saja. Kamar yang pertama dibuat bagi keluarga laki-laki, kamar kedua dikosongkan, sedangkan kamar ketiga bagi keluarga perempuan.
Nah, alasan mengapa kamar kedua dikosongkan adalah karena digunakan untuk menimpang pusaka untuk pemujaan pada Dewi Sri. Kamar ini disebut dengan “krobongan” dan dianggap sebagai bagian rumah yang paling suci. Meski kamar dikosongkan, tapi tetap diisi dengan berbagai perlengkapan tidur.
Krobongan juga biasa digunakan untuk pengantin baru. masyarakat yang baru saja menikah tidak akan bercampur dengan saudara lainnya. Nah, masyarakat Jawa akan sangat mempertimbangkan baik buruk dalam melakukan berbagai tindakan, termasuk juga dalam membangun rumah.
Rumah Jawa sarat akan makna filosofi yang tinggi, sehingga sekecil apapun bagiannya akan mengandung nilai moral dan mencerminkan kepribadian masyarakat Jawa.
Rumah Adat Jawa Tengah Lainnya
Meskipun diantara rumah-rumah adat Jawa Tengah yang paling populer adalah Joglo, masih ada beberapa rumah adat yang patut Anda ketahui, diantaranya:
-
Rumah Adat Panggang Pe
Rumah ini memiliki enam tiang. Separuh tiangnya ada di depan dan dibuat lebih pendek ketimbang tiang yang ada di belakang. Menurut sejarah, rumah jenis ini dahulu digunakan untuk hunian dan sekaligus warung tempat berjualan.
Rumah adat Panggang Pe memiliki beberapa jenis meliputi Gendhang Salirang, Gedhang Setangkep, Empyak Setangkep, Trajumas, Cere Gencet dan juga Barengan. Tiga jenis yang pertama mempunyai kesamaan yaitu merupakan dua rumah yang dijadikan satu. Sementara rumah Panggang Pe Trajumas memiliki enam penyangga.
Sedangkan rumah Barengan memiliki dua atau lebih rumah Panggang Pe yang berderet. Rumah jenis ini sebagian besar berbahan kayu tanpa cat dan menggunakan atap dari genting. Rumah Panggang Pe masih bisa Anda temukan di daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Yogyakarta.
-
Rumah Adat Kampung
Rumah adat Kampung adalah rumah bagi masyarakat suku Jawa dari kalangan menengah ke bawah. Sehingga, di daerah-daerah masih cukup mudah ditemukan. Rumah ini memiliki bentuk yang hampir sama dengan Panggang Pe yang disatukan. Hanya saja ada dua teras di depan dan belakang rumah.
Ciri khusus lain pada rumah Kampung adalah tiang yang berjumlah kelipatan 4. Mulai dari 8, 12, 16 dan seterusnya. Model rumah Kampung adalah bangunan standar yang bisa dimodifikasi jadi bentukan lain atau pun dikombinasikan dengan model baru yang lebih klasik.
Bentukan atap rumah ini adalah segitiga yang apabila dilihat dari sisi samping dengan atap, ada penghubung yang menggunakan “wuwungan” atau “bubungan”. Keseluruhan dari struktur rumah memakai tiang penyangga berupa balok, usuk, atau kayu reng dari kayu jati atau kayu lain yang sama kuatnya seperti nangka, mahoni, dan sebagainya.
Rumah Kampung merupakan rumah adat Jawa tengah yang dimiliki oleh rakyat biasa. Rumah Kampung memiliki beberapa jenis, meliputi, Kampung Pokok, Dara Gepak, Pacul Gowang, Lambang Teplok, Cere Gencet dan juga Apitan.
-
Rumah Adat Tajug
Fungsi dari rumah Tajug adalah sebagai tempat ibadah dan tempat-tempat sakral. Sehingga, orang biasa tidak boleh membangun rumah dengan bentuk Tajug karena kekhususan tersebut. istilah Tajug juga sering digunakan untuk menyebut mushola, masjid, dan juga surau di beberapa daerah di Jawa.
Ciri khas dari rumah Tajug ada pada atap yang berbentuk bujur sangkar dan memiliki ujung yang runcing. Layaknya rumah adat Jawa Tengah yang lain, Tajug juga memiliki beberapa jenis meliputi, Lambang Sari, Semar Sinongsong, Mangkurat, dan juga Semar Tinandu.
Saat ini, Anda masih dapat menyaksikan bentuk rumah Tajug yaitu pada Masjid Agung Demak yang didirikan oleh Walisongo pada masa Kerajaan Demak tempo dulu.
-
Rumah Adat Limasan
Disebut dengan rumah Limasan karena memiliki bentuk atap limas. Rumah adat ini memiliki empat sisi pada bagian atap. Desain dari rumah Limasan terkenal sederhana tapi indah. Kelebihan dari bangunan Limasan ada pada sifatnya yang dapat meredam gempa.
Rumah adat Jawa Tengah ini memiliki ciri khas pemakaian konstruksi atap yang kokoh dan juga berbentuk lengkungan terpisah antara satu ruang dengan yang lainnya. rumah limasan dibangun dari empat tiang utama. Bangunan tradisional ini masih menggunakan banyak elemen natural.
sedangkan kemampuannya dalam meredam gempa dikarenakan sistem struktur yang dipakai. Struktur limasan berupa rangka yang memperlihatkan batang kayu. Juga dengan menerapkan bentuk kubus yang beratap limas, didasarkan pada sifat sambungan kayu, semua bersifat mengantisipasi gaya tarik.
Selain itu, sistem tumpuan dan sambungannya membuat rumah Limasan dapat meredam goncangan. Sistem tumpuannya adalah pada sendi. Hal ini berfungsi untuk mengimbangi struktur atas yang bersifat jepit. Sambungannya pun tidak menggunakan paku melainkan lidah alur yang lebih bertoleransi terhadap gaya pada batang kayu.
Toleransi ini akan menimbulkan friksi, sehingga bangunan lebih akomodatif menerima gaya gempa. Ada beberapa jenis rumah adat Limasan, yaitu Limasan Lambang Sari, Limasan Lambang Gantung, Limasan Trajumas, Limasan Lambang Teplok, Limasan Semar Tinandhu, Limasan Gajah Ngombe dan Limasan Lambang Gantung Rangka Kutuk Ngambang.
Nah, itulah ulasan lengkap mengenai rumah adat Jawa Tengah yang masih eksis hingga saat ini. sudah selayaknya sebagai masyarakat Indonesia kita harus mencintai budayanya sendiri termasuk rumah adat dari daerah masing-masing.
1 thought on “Rumah Adat Jawa Tengah: Sejarah, Bentuk, Filosofi, Bagian-bagian”